Nasional

Pagar Nusa NU Kembangkan Silat Minang di Mancanegara

Selasa, 10 April 2012 | 09:21 WIB

Padang, NU Online
Tak sia-sia upaya sang ayah melatih Ahmad Bram Maghfirah sejak usia balita. Kini berbagai prestasi di olahraga pencak silat diraih Bram, begitu ia akrab disapa. Prestasi terakhir diraihnya sebagai pelatih Pencak Silat Pagar Nusa NU Sumatera Barat yang mengantarkan tim Pagar Nusa Propinsi Sumatera Barat  meraih juara Umum II dan atlit terbaik Putri pada Kejurnas Pencak Silat Pagar Nusa NU yang berlangsung 2 – 5 April 2012 di OSO Sport Center Bekasi, diikuti 400 peserta dari 13 propinsi.<>

Sebelumnya, berbagai prestasi sudah  berhasil diraih Bram, lelaki kelahiran Padangpanjang 4 April 1991. Diantaranya, juara II umum Popda Sumbar tahun 2008 di Padang. Pesilat terbaik Pandeka Minangvillage Padangpanjang 2000, meraih medali perunggu Popda Sumbar 2004, medali perak Popda Sumbar 2007, medali emas tunggal dan laga O2SN SMA 2008 di Padang, 3 medali emas Popda Sumbar 2008 di Padang, 2 medali perak Popwil Sumatera di Batam 2008, medali emas KSPN Semen Padang 2009, medali emas Pomda Politeknik Universitas Andalas 2011, 2 medali perunggu Porprov Sumbar 2010 di Padangpanjang, 2 emas,  1 perunggu Porprov Bengkulu 2010 di Bengkulu.

Belakangan sebagai Pelatih Tim Pagar Nusa NU Sumbar pada Kejurnas Pencak Silat di Bekasi 2012 yang mengantarkan Auliana Mukti Maghfirah sebagai atlit terbaik putri  dan mendapatkan hadiah umroh dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). Sedangkan   Bram  sendiri ditawarkan menjadi pelatih ke negara Maroko selama setahun. “Insya Allah ini kesempatan untuk mengembangkan silat Minang di mancanegara (Maroko). Doakan semoga terwujud dan berjalan dengan lancar,” kata Bram sembari minta dukungan kepada NU Online, Senin (8/4/2012) di Padang.

“Ini prestasi diluar dugaan kami. Padahal keberangkatan kami seadanya dan tidak punya target untuk menang. Karena melihat potensi lawan yang tak sebanding dengan tim kami,” kata Bram yang mengaku berlatih pencak silat sejak usia 4 tahun.

Keberhasilan Bram dan Tim Sumbar pada Kejurnas Pencak Silat Pagar Nusa tak terlepas dari peran official  Andre Abdurrahiem Priza Saputra,  kelahiran 3 Februari 1992. Mahasiswa Fakultas Hubungan International (HI) Jurusan International Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini, siang malam memotivasi atlit agar mampu tampil maksimal.

”Saya amat puas dengan prestasi yang diraih tim Sumbar ini. Terutama dengan tangan dingin Bram melatih tim Kecil 8 Atlit meraih Juara U um II,” kata Andre peraih beasiswa dari World Bank (2 tahun di Indonesia,  2 tahun di Amerika Serikat) dan berobsesi  menjadi diplomat di Departemen Luar Negeri. Andre menguasai 2 seni beladiri yakni Karate yang berlatih sejak usia 9 tahun dan Pencak Silat.

Andre berharap kedua seni beladiri yang dimilikinya akan dikembangkan saat melanjutkan studi di Amerika serikat, sebagai generasi Muda Minang yang diwarisinya dari Dra. Hj.Azizah Aziz M.Si dan Drs.H.Supriadi dari tanah Banten.

Kini Bram tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kepelatihan dengan program studi Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Padang. Bram anak sulung dari 4 bersaudara, masing-masing Ahmad Bram, Auliana Mukti Maghfirah, Ratu Hasih Mughny M dan Fisty Fitri Mu’it Maghfirah.

Prestasi yang diperoleh Bram, diakuinya andil besar kedua orangtuanya, Drs. David Safitri (Ketua  PW Pagar Nusa Sumbar) dan Hartati Hariyati. “Keduanya mengajarkan banyak nilai-nilai silat, perbedaan silat  dengan olahraga bela diri lainnya. Apa yang diajarkan orangtua itulah yang selalu memacu semangat untuk terus berlatih dan akhirnya berbuah prestasi,” kata Bram menambahkan.

Bram bercita-cita ingin mengembangkan pencak silat Minang ke berbagai negara di luar Indonesia. Karena banyak nilai-nilai kehidupan dalam pencak silat Minang yang dapat dipetik. “Sampai sekarang saya baru melatih silat orang dari warga asing dari Ceko, Ukraina, Hongaria, Amerika Serikat dan Belanda. Mereka dilatih di Padangpanjang,” kata Bram.

Menurut  Bram, silat Minang itu identik dengan shalat. Shalat identik dengan surau, surau identik dengan ulama. Di Minangkabau generasi muda masa silamnya merupakan orang pandeka, alim ulama dan cerdik pandai yang dalam bersikap selalu berlandaskan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.“Sekarang dengan lintas berbagai budaya bangsa Indonesia, sehingga disegani dan dihormati oleh seluruh dunia. Sementara generasi muda kita terhadap budaya sendiri semakin merosot. Untuk itu, saya ingin merangkul  generasi muda agar kembali memiliki budaya yang tinggi ini,” kata Bram.

Kita memang prihatin banyaknya generasi muda terpengaruh budaya asing. Banyak yang lupa diri. Kita boleh-boleh saja meniru budaya luar, tidak pula kaku, namun harus selektif, sesuai dengan norma adat. Generasi masa lampau mereka kreatif membentuk kelompok seni, silat, sanggar dan kegiatan positif sehingga mereka terhindari dari pengaruh negatif budaya luar.

“Dengan menekuni budaya silat Minang, Insya Allah bisa menjawab tantangan budaya asing ke depan. Pepatah mengatakan, rancak nagari dek nan mudo, rancak kampung jo nan tuo (bagus negeri oleh yang muda, bagus kampung dengan orangtua). Ini berarti generasi muda haruslah berbudaya yang baik,” tambah Bram.

Bram berharap orangtua, ninik mamak dan tokoh masyarakat selalu berikan motivasi kepada generasi muda agar mencintai seni bela diri Minang. “Doakan kami  (Bram dan Andre),  generasi muda Minang dapat mengharumkan ranah Minang di Maroko dan Amerika Serikat,” harap Bram. 

 

Redaktur    : Syaifullah Amin
Kontributor : Bagindo Armaidi Tanjung