Nasional SETENGAH ABAD LESBUMI

Pemutaran Lewat Djam Malam

Rabu, 2 Mei 2012 | 08:50 WIB

Jakarta, NU Online
Lesbumi akan memutar filma klasik Lewat Djam Malam (LDM) karya Usmar Ismail, di Teater Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, besok Kamis (3/5), pukul satu siang.

<>

Pemutaran film dalam rangka 50 tahun Lesbumi ini merupakan kelanjutan dari Musyawarah film Nasional pertengahan April lalu di PBNU. 

“Selain Lewat Djam Malam, kami akan memutar enam film lainnya di PBNU, The Wahid Institute, dan sebuah pesantren di Jakarta Timur. Lewat pemutaran ini, kami ingin menghargai sesepuh sineas yang juga aktivis-aktivis NU,” kata Hasyim Zen, salah seorang panitia, tadi sore.

Lebih lanjut Hasyim mengatakan, pemutaran film juga bertujuan untuk melakukan proses pendidikan kebudayaan dalam artian luas yang hari ini tidak banyak diperhatikan, baik oleh pemerintah ataupun masyarakat sendiri. 

“Melalui film yang bermutu, kita bisa berkaca tentang banyak hal, tema bangsa, agama, masyarakat, seni, budaya, dan sebagainya. Silakan datang, ini acara kita semua, disiapakan secara berjamaah oleh Lesbumi, Kopri Ciputat, IPPNU Jaktim, Wahid Institute, NU Online, dan Piramida Circle, ” jelasnya.

Lewat Djam Malam karya aktivis Lesbumi Usmar Ismail ini terpilih sebagai film klasik yang akan diputar di Cannes Festival 2012, Perancis, akhir Mei nanti. 

LDM diproduksi oleh oleh Persatuan film Nasional Indonesia (Perfini), tahun 1954. Film ini berhasil diselamatkan dari kerusakan. Lembaga yang telah menyelamatkan dengan merestorasi LDM adalah  Museum Nasional Singapura, bekerja sama dengan Mereka menggandeng Yayasan Konfiden dan Sinematek Indonesia.

“Tujuan restorasi mengembalikan film ke kondisi semula. Bukan menambah apapun. Film jaman dulu dari hitam putih ke berwarna, itu bukan restorasi lagi. Kalau prosesnya ada yang lebih dulu, Tiga Dara. Prosesnya di Belanda. Kemarin gara-gara Eropa krisis, belum bisa dilanjutkan sampai sekarang. Mungkin ini jadi film yang selesai direstorasi yang pertama,” jelas Lintang Gitomartoyo dari Yayasan Konfiden, seperti dikutip KBR.8H.

 

Penulis: Hamzah Sahal