Nasional

Pendidikan Swasta Masih Sangat Termarjinalkan

Selasa, 17 April 2012 | 12:38 WIB

Jakarta, NU Online
Tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tertuang dalam konstitusi belum terealisasi secara nasional. Pemerintah hingga kini dinilai masih memarjinalkan lembaga-lembaga pendidikan swasta yang secara kuantitas mayoritas namun secara mutu amat memprihatinkan.<>

“Pemerintah masih pilih kasih soal kebijakan dan cenderung meminggirkan lembaga pendidikan swasta,” kata Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) Masduki Baidlawi, Senin (16/4).

Mengacu pada penelitian UNESCO tahun 2011, Masduki menjelaskan bahwa hanya ada 6% hasil pendidikan di Indonesia yang mampu mencapai level internasional, sedangkan 24% baru berada memenuhi hasil Standar Nasional Pendidikan (SNP). Yang ironis, sisanya 70% masih berada pada standar pelayanan menimal (SPM).

“SNP merupakan satu ukuran pencapain mutu yang paling bawah. Kalau output pendidikan paling bawah adalah SNP, maka SPM ini lebih parah lagi, yakni di bawah SNP,” imbuhnya.

Curahan perhatian pemerintah masih dominan pada sebagian kecil lembaga pendidikan khususnya yang berstatus negeri. Sementara lembaga pendidikan swasta yang miskin, seperti yang bernaung di bawah ormas atau yayasan kurang memperoleh pemihakan. Padahal, secara kualitas hampir keseluruhan lembaga pendidikan swasta amat tertinggal.

Masduki mengakui, dari 12.000 sekolah yang dikelola LP Ma’arif NU sebagian besar masih berada pada posisi standar pelayanan minimal. Belum lagi, corak pendidikan keagamaan yang kerap tergerus arus sistem pendidikan nasional yang memaksa. Ia berharap pemerintah segera membuat terobosan dan menyudahi ketimpangan-ketimpangan ini.

“Pak Nuh (Mendikbud Muhammad Nuh, red) kalau berpidato di depan kalangan NU selalu menunjukkan komitmennya tentang utang pemerintah kepada NU, dan seterusnya. Tetapi dalam realisasinya tidak terjadi. Kita berharap, pidato yang meluap-luap di depan para ulama itu dapat direalisasikan dalam bentuk pemihakan yang lebih konkrit,” tandasnya. 




Redaktur : Syaifullah Amin
Penulis     : Mahbib Choiron