Nasional RAKORNAS LPPNU

Tanaman Bambu, Tanaman Menguntungkan

Ahad, 15 April 2012 | 11:01 WIB

Samarinda, NU Online
Tanaman bambu sangat menguntungkan. Ini disadari di beberapa negara maju seperti Cina, tetapi tidak di Indonesia. Kesadaran masyarakat yang lemah terhadap betapa menguntungkannya tanaman bambu menjadi pemicu utamanya. Padahal, bambu sangat besar manfaatnya bagi kehidupan masyarakat.<>

Demikian ditegaskan Dirjen Kehutanan Indonesia Hari Santoso saat menjadi narasumber Rembuk Nasional dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) di Hotel Bumi Senyiur, Samarinda, Kalimantan Timur, Jum'at (13/04) malam.

Setelah pembukaan Rakornas siang harinya, acara yang melibatkan pengurus Lajnah Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) dan Lembaga Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (LBHNU) tersebut langsung melangkah pada agenda diskusi mendalam sebelum mengarah pada Rakornas masing-masing organiasi yang dipayungi NU, itu.

“Manfaat dari bambu di antaranya bisa dibuat supit, jas, kertas, t-shirt, rangka bangunan rumah, celana dalam, angklung, dan sebagainya,” ungkap Hari Santoso.

Dari itulah, lanjutnya, pemerintah Indonesia tiap tahun menyediakan sebanyak 25.000 bibit bambu. “Satu rumpun bambu, bisa menumbuhkan beribu-ribu rumpun. Pansa pasarnya pun sangat luas.”

Masih menurut Hari Santoso, pemerintah Indonesia hingga kini masih mengamini manfaat bambu. Sehingga, pemerintah Indonesia terus mengembangkannya dengan memberikan kesempatan dan memfasilitasi masyarakat untuk menanam bambu.

Ketua LPPNU Kalimantan Timur Mohammad Sofyan memberikan kritikan terhadap penjelasan Hari Santoso. Dalam pandangan Sofyan, sebenarnya bukan hanya kesadaran masyarakat yang menjadi persoalan, tetapi pemerintah juga menjadi kendala di dalamnya.

“Hutan kalimantan banyak. Lahan penanaman bambu juga banyak. Masyarakat menyadari hal itu. Tetapi persoalannya terletak pada pola administrasi pemerintah yang cukup alot ketika mengurusi administrasi mendapatkan bibit,” tegas Sofyan yang direpon positif oleh Hari Santoso.

“Sekalipun persoalan seperti itu ada, tak baik untuk menjeneralisir. Tak semua pemerintah seperti itu,” jawab Hari Santoso. “Maka kuncinya ialah terletak pada usaha dan bangunan komunikasi aktif antara pemerintah dengan masyarakat.”

Pada kesempatan itu, Hari Santoso juga mengamini betapa NU punya komitmen pemberdayaan masyarakat dalam hal perkebunan. Kesepakatan komitmen pun terbangun dalam acara yang berakhir pukul 20.50, itu.

Usai rembuk nasional dengan Dirjen Kehutanan, para pengurus NU se-Indonesia itu menyantaikan diri. Mereka masih akan mengikuti diskusi atau rembuk nasional keesokan harinya. 



Redaktur     : Syaifullah Amin
Kontributor : Hairul Anam