Nasional

Tata Cara Shalat Ghaib Lengkap untuk Jenazah yang Hilang

Jumat, 3 Juni 2022 | 16:45 WIB

Tata Cara Shalat Ghaib Lengkap untuk Jenazah yang Hilang

Tata Cara Sholat Ghaib Lengkap untuk Jenazah yang Hilang

Jakarta, NU Online 
Pihak keluarga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah mengikhlaskan kepergian putranya, Emmeril Khan Mumtadz (Eril), setelah upaya pencarian dan belum juga ditemukan sejak tenggelam di sungai Aare di Kota Bern, Swiss pada Kamis (26/5/2022) lalu.

 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat melalui surat edaran yang dirilis pada Kamis (2/6/2022) kemarin mengimbau kepada seluruh umat Muslim untuk melaksanakan shalat ghaib untuk almarhum Eril. Mengutip artikel yang pernah ditulis NU Online berjudul Tata Cara Shalat Ghaib: Niat, Syarat, dan Rukunnya, berikut adalah tata cara lengkap shalat ghaib untuk Eril.

 

Pertama, berniat, seperti umumnya shalat yang lain. Berikut lafal niatnya, 

 

أُصَلِّي عَلَى مَيِّتِ (فُلَانِ) الْغَائِبِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامًا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى 

 

Ushallî ‘alâ mayyiti (fulân) al-ghâ-ibi arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.

 

Artinya, “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulan (kata ‘Fulan’ diganti ‘Emmeril Kahn Mumtadz’) yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’âlâ.”

 

Kedua, berdiri bagi yang mampu, dan bila tak mampu, boleh shalat dengan cara yang dimampuinya.

 

Ketiga, membaca empat takbir termasuk takbiratul ihram.

 

Keempat, membaca surat al-Fatihah.

 

Kelima, membaca shalawat kepada Nabi saw setelah takbir kedua. Minimal dengan membaca, Allahummâ shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad. Namun yang paling sempurna adalah membaca shalawat Ibrahimiyah yang biasa dibaca saat tasyahud akhir dalam shalat.

 

Keenam, membaca doa untuk jenazah setelah rakaat ketiga. Berikut doa Rasulullah saw yang diriwayatkan dari ‘Auf bin Malik ra:

 

   اللهم اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ   

 

Allahummagfir lahû warhamhû wa’fu ‘anhû wa’âfihî wa akrim nuzulahû wa wassi’ madkhalahû waghsilhu bi mâ‘in wa tsaljin wa baradin wa naqqihi minal khathâyâ kamâ yunaqqast tsaubul abyadhu minad danas wa abdilhu dâran khairan min dârihî wa ahlan khairan min ahlihî wa zaujan khairan min zaujihî waqihî fitnatal qabri wa ‘adzâbin nâr. 

 

Artinya, “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah ia, maafkanlah dan berilah ia keafiatan (nasib ukhrawi yang baik), muliakanlah tempatnya, lapangkanlah jalurnya, basuhlah ia dengan air surgawi yang sejuk nan segar, bersihkanlah ia dari noda-noda kesalahan laiknya baju putih yang kembali mengkilap setelah dibersihkan dari kotoran dan noda, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih indah, keluarga dan pasangan yang lebih baik, lindungilah ia dari fitnah kubur dan siksa neraka.”   

 

Ketujuh, membaca salam setelah takbir keempat. Namun, setelah takbir dan sebelum salam, disunnahkan membaca doa berikut: “Allâhumma lâ tahrimnâ ajrohû walâ taftinnâ ba’dahû wagfir lana walahû” (Ya Allah, janganlah engkau jadikan kami penghalang pahalanya, dan janganlah biarkan kami dalam ajang fitnah, umpatan atau buah bibir setelah ini semua, dan ampunilah kami dan dia).

 

Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi