Pendidikan Islam

Cara Kepala MTs NU Ini Membuat Masyarakat Percaya Madrasah

Jumat, 16 Oktober 2015 | 04:05 WIB

Awalnya, kepercayaan masyarakat atas MTs NU Pakis ini nyaris hilang. Apalagi prestasi siswanya cenderung menurun. Pada 2005, saat Ujian Nasional, madrasah ini hanya bisa meluluskan hanya 8 siswa dari 55 siswa kelas IX. Di puncak krisis kepercayaan masyarakat, Naj’mah Katsir hadir membuat trobosan. Apa yang dilakukannya?<>

Najmah diangkat menjadi Kepala Sekolah di pertengahan 2005. Ia tetap optimis bisa memajukan madrasahnya kala itu, karena MTs NU Pakis sudah cukup tua sejak beroperasi tahun 1967 dan berada di lingkungan warga NU (Nahdliyin). Sebenarnya madrasah ini sudah memiliki “hati” di tengah masyarakat.

“MTs NU memiliki potensi untuk berbenah bahkan berprestasi di kemudian hari.”  Keyakinan itulah yang terus memacu Naj’mah untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas siswa yang waktu itu hanya tinggal 152 orang.

Tak mudah memang di akui Naj’mah berbenah dari mulai administrasi yang tidak tertata, semangat siswa yang tinggal sisah karena harus masuk siang (harus berbagi tempat dengan MI), dan guru-guru yang hanya menerima apadanya.

Langkah pertama yang dibangun Naj’mah di kalangan guru dan siswa ada membangun kepercayaan diri dan menunjukkan eksistensi di tengah massyarakat.

Najmah kemudian membentuk group drum band. Ia datangkan pelatih. Para siswanya pun senang. Beberapa bulan kemudian setelah menjalani masa latihan, grup ini berkeliling kampung, berbarengan dengan launching seragam baru para siswa.

Nahmah mengumumkan, tidak boleh ada siswa yang datang kesiangan. Rupanya di sinilah kecerdikan Naj’mah. Para siswa tidak akan malas-malas lagi jika mereka memiliki kegiatan yang disukai dan membuat mereka sibuk. Yang lebih penting dari berbagai kegiatan adalah membuat anak-anak percaya diri.

Satu tahun berlalu, dimulailah event kompetisi pertama ajang pramuka se-Malang Raya. Tak banyak yang dituntut Naj’mah kepada siswanya. Tak harus menang katanya. Cukup mereka tahu bagaimana berhadapan dengan sekolah-sekolah lain. Praktis, event pertama itu tak membuahkan apa-apa.

Namun jangan salah, pada ajang-ajang yang sama berikutnya pantang MTs NU Pakis tak membawa Tropi piala. Hingga saat ini sosok kepala sekolah yang dicintai siswa dan masyarakat itu menargetkan 100 tropi dalam setahun.

Bersamaan dengan itu drum band dikembangkan lebih serius lagi. Naj’mah menghubungi pelatih yang sudah tersohor dikawasan itu. Terbentuklah sesuai harapan Naj’mah hingga grup drum band dari madrasah ini kualahan jadwal “manggung” dalam acara-acara besar.

Naj’mah teringat akan muridnya dulu di SMP NU yang mahir sekali dalam musik. Abdul Rokim namanya. Sosok satu ini terkatagori kurang mampu dalam hal ekonomi, hingga semua bakat musiknya harus mandek dan dia bekerja sebagai kuli tukang gali gorong-gorong pinggir jalan. Saat dipanggil dan ditawari untuk menjadi team Naj’mah, guru musik di MTs NU Pakis, dia langsung menerima meski Naj’mah sudah memarparan diawal jika gaji hanya 70 ribu sebulan.

Disinilah Rokim dengan bakatnya membuat drum band “Kyai Madu” memasuki puncak karirnya yang ingin mengejar tropi-tropi yang telah diperoleh Anakonda dan Pakis Saji. Dan hal ini rupanya bukan bualan semata, sekarang Drum Band ini tak hanya jago panggung namun juga mampu menciptakan Himne dan Mars MTs NU Pakis, Malang. Mimpi Naj’mah benar-benar tergandakan sekarang.

Diawali dengan menunjukkan eksistensi di tengah masyarakat dan prestasi di setiap kompetisi, Naj’mah menumbuhkan rasa percaya diri dan menciptakan citra MTs NU yang lebih baik di tengah masyarakat. Semangat dan rasa percaya diri para siswa meningkat. Pengurus dan tenaga didik menjelma menjadi team hebat. (Diana Manzila)

Terkait

Pendidikan Islam Lainnya

Lihat Semua