Madrasah di Padangpariaman ini Bangun Rumah Siswa yang Tak Layak Huni
Rabu, 30 September 2015 | 13:45 WIB
Bangunannya terletak di pinggir jalan lintas Sumatera, jalur lalu lintas Padang Bukittinggi. Persisnya di Korong Batang Tapakih, Nagari Sintuak Tobohgadang Kabupaten Padangpariaman, Propinsi Sumatera Barat. Sekolah ini terkenal dengan nama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Lubuk Alung, kecamatan tetangga dari Sintuak Tobohgadang. Sebelumnya, Kecamatan Sintuak Tobohgadang merupakan bagian dari Kecamatan Lubuk Alung. Di bagian atap sekolah ini pun tertulis huruf besar MAN LUBUK ALUNG. <>
Seperti sekolah MAN lainnya, sekolah ini juga menyelenggarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Diantaranya kegiatan pramuka yang wajib diikuti siswa kelas X yang dibina oleh Ade Erwin, S.Pd. Setiap Selasa Hafiz Al-Qur'an melalui pondok Hafiz yang diasuh guru Abdul Malik S.Pd.I, Qir'at dibimbing Drs. Bukari Masnur, dan tajwid setiap hari.
"Beberapa kegiatan lomba yang diikuti, sempat meraih juara. Seperti juara I Pramuka Lomba PBB antara SMA/SMK/MA yang diikuti 34 sekolah di Padangpariaman tahun 2014. Juara I Lomba Fisika se-Kabupaten Padangpariaman yang diselenggarkaan STIKIP YDB Lubuk Alung tahun 2015. Juara II Lomba Biologi yang diselenggarakan STIKIP PGRI tahun 2015 di Padang. Tahun 2015 ini, sebanyak 6 orang siswa MAN Lubuk Alung lolos jadi pasukan Paskibraka di Kabupaten Padangpariaman. Sedangkan di tingkat Propinsi Sumatera Barat, lolos satu siswa, yakni Abdi Wijasaksana kelas XI," tutur Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Ali Nurdin, S.Ag, MM kepada NU Online di ruang kerjanya, Senin (21/9/2015).
Kepala Sekolah MAN Lubuk Alung Drs. H.Akhri Meinhardi, MM ternyata tidak hanya menumbuhkan prestasi siswa secara akademik dan bidang perlombaan. Justru yang tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan kepedulian antar siswa yang mengalami kesulitan ekonomi di tengah keluarganya, namun memiliki semangat belajar. Contoh konkrit, ada dua siswa yang mengalami kesulitan datang dan pulang dari sekolahnya. Seperti yang dialami Raki Paraski siswa kelas XI, dimana pergi ke sekolah jalan kaki sepanjang kurang lebih 5 kilometer. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga dialami Ilma Rita siswi kelas X. Keduanya, masing-masing diberikan bantuan sepeda federal untuk Raki Paraski dan sepeda mini sanki untuk siswi Ilma Rita. Dengan sepeda tersebut, keduanya tidak perlu jalan kaki.
Suatu hari, seorang siswa MAN yang bertempat tinggal di Nagari Pungguangkasiak meninggal dunia. Tentu saja pimpinan, guru dan teman-teman siswa yang meninggal datang melayat. Seluruh proses penyelenggaraan jenazah siswa itu dilaksanakan oleh siswa MAN. Mulai dari memandikan, mengapani, menshalatkan hingga ke pemakaman. Di sela-sela proses penyelenggaraan jenazah tersebut, Kepsek MAN Akhri menugaskan Ketua OSIS MAN Lubuk Alung Agung Irawan mendatangi rumah Muhammad Iqbal Abdilah. Rumahnya memang tidak jauh dari lokasi pemakaman. Selama ini Akhri mendapatkan informasi kondisi memprihatinkan keluarga Iqbal, siswa MAN kelas XI-PK.
Agung pun mengajak sekretarisnya Septia Intan Nurjanah mendatangi rumah Iqbal. Sampai di depan rumah Iqbal, keduanya sangat kaget dan penuh haru menyaksikan kondisi rumah teman sesama sekolahnya. Rumah itu tidak bisa dikatakan rumah, tapi layaknya kandang ternak peliharaan. Luasnya sekitar 4 x 6 meter persegi. Beratap rumbia, dindingnya terbuat dari bambu, tidak memiliki kamar, berlantaikan tanah. Saat hujan, mereka pun terpaksa bergantian tidur karena air masuk ke dalam. Rumah itu dihuni tujuh orang. Ayah, ibu dan lima anak. Masing-masing M.Iqbal, Hisam Ababil (siswa MTsN Sintuak), Fauziah Fisabillah Azmi (Siswa MTs Muhammadiyah Lubuk Alung), Ibrahim Arsyad (kelas 3 SD) dan Arsil Arsy (kelas 1 SD). Sedangkan dua kakak Iqbal, Risma Nizar Zamiati sudah berkeluarga dan M. Fahrizal Syamsuri merantau di Bogor.
"Saya sempat meneteskan air mata saat mengetahui kondisinya. Saya dari keluarga yang miskin, ayah pengangguran, ibu petani, ternyata masih ada lagi teman yang hidupnya jauh lebih melarat dibanding saya," tutur Intan kepada NU Online Senin (21/9/2015) di sekolahnya.
Pulang dari pemakaman, besoknya Kepsek Akhri mengumpulkan majelis guru dan karyawan MAN membicarakan apa yang harus dilakukan dengan kondisi rumah siswanya, Iqbal. Hasil rapat sepakat membedah rumah yang sangat tak layak huni itu.
Kepada NU Online, Iqbal bercerita ayahnya Zamzami bekerja sebagai pedagang barang mudo (buah-buah) yang dikumpulkan dari petani sekitar kampung. Sedangkan ibunya Siti Rusminah menerima upah cucian pakaian.
Meski hidup dengan prihatin, Iqbal bisa hafal 1 juz ayat-ayat Al-Qur'an. Dari kemampuan hafalan itu, sejak setahun lalu mengajar mengaji di sekitar tempat tinggalnya. Saat kelas III di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Sintuak, Iqbal meraih juara III. Namun kondisi rumah yang tidak nyaman, prestasi belajarnya anjlok di MAN. Bahkan tinggal di kelas 1. "Bayangkan, saat mau sekolah, saya harus melangkahi ayah yang tengah tidur. Seringkali ayah marah-marah dilangkahi. Bagaimana tidak melangkahi, semua peralatan sekolah, pakaian dan tidur hanya menempati satu ruangan," kenang Iqbal kelahiran Bogor, 31 Mei 1996.
Sejak itulah Iqbal mengaku selalu berdoa, "Ya Allah, keluarkan keluargaku dari kondisi yang memprihatinkan ini. Berilah tempat yang layak untuk keluargaku ini ya Allah," begitulah rintihan do'anya pada Sang Khalik. Walaupun ada satu dua orang yang datang ke rumahnya ingin membantu, diambil fotonya, katanya bisa membantu mencari bantuan ke pusat (Jakarta) kepada orang penting. Tapi hasilnya tak pernah jadi kenyataan. Hanya mimpi.
Do'a Iqbal yang bercita-cita jadi dosen ini akhir mulai melihat titik terang. Kepala Kantor Kementerian Agama Propinsi Sumatera Barat Drs. Salman MM langsung melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah Iqbal pada 3 September 2015 lalu. Bangunan berpondasi batu beton berukuran 6 x 10 meter, tiga kamar, wc dan dapur. Spontan pula Salman memberikan bantuan tunai Rp 2 juta kepada ibu Iqbal. "Hingga kini sudah terkumpul uang sebesar Rp 38 juta yang berasal dari keluarga besar MAN Rp 25 juta, alumni MAN Rp 3 juta, Baznas Kabupaten Padangpariaman Rp 10 juta. Dana yang dibutuhkan hingga selesai bisa dihuni mencapai Rp 100 juta. Untuk itu kami mengajak donatur bisa menyalurkan bantuannya melalui rekening bank Mandiri Lubuk Alung nomor 111-000-754091-3 a.n. Ali Nurdin/Nelhasrati dengan nomor kontak 081267261575," kata Ali Nurdin.
Menurut Ali Nurdin, sumbangan dari MAN berasal dari guru melalui badoncek (menyumbang) dari Rp 300.000 hingga 1 juta. Sedangkan siswa per kelas dengan membelikan bahan bangunan yang dibutuhkan. Misal ada kelas yang menyumbang pasir, semen, triplek, seng dan batu air. Sesuai dengan kesepakatan kelas. Pada peletakan batu pertama, siswa MAN bergotongroyong bersama. Saat pengerasan lantai, nanti juga akan digoro dengan siswa. Penanggungjawab pembangunan rumah tersebut langsung kepala sekolah bersama Ketua Komite Tuanku Syamsuar S.Pd.I.
Ali Nurdin mengakui, Iqbal sering kelihatan termenung dan mengalami kesulitan konsentrasi saat belajar, seperti mengalami depresi. Sehingga seringkali pula bila kondisinya tidak mengizinkan belajar, dibiarkan pulang. Boleh jadi apa yang belum pantas dilihatnya di tengah rumah malam hari menjadi pemikiran berat sehingga mengganggu konsentrasi belajar.
Ketua OSIS Agung Irawan pulang dari menyaksikan rumah Iqbal langsung mengadakan rapat pengurus OSIS. Pemikiran untuk turut membantu beban Iqbal dapat dukungan semua pengurus. Makanya seluruh pengurus OSIS bekerja saat peletakan batu pertama. Setidaknya 90 persen siswa MAN Lubuk Alung sudah mengunjungi rumah Iqbal sebagai bentuk solidaritas.
Berbeda dengan Sekretaris OSIS Intan, saat peletakan batu pertama dalam dirinya terucap ternyata keluarga itu tidak hanya keluarga kandung, di rumah. Masih ada keluarga lagi, yakni rasa keluarga yang ditumbuhkan sekolah. Hari itu, keluarga kami yang tidak punya rumah yang layak, dibuatkan rumah oleh keluarganya bersama-sama. "Inilah bentuk syukur saya sekolah di madrasah ini. Belum tentu di sekolah lain akan saya temui bagaimana menumbuhkan rasa "keluarga" sesama siswa ini. Terutama jika sekolah SMA. Di madrasah ini nilai-nilai Islam yang memiliki rasa sosial, bersyukur dan selalu berbuat kebaikan sesama selalu ditumbuhkan. Antar guru pun terlihat ada kepedulian sehingga kami juga termotivasi," tambah Intan alumni SMPN 2 X 11 Enam Lingkung ini. (Armaidi Tanjung)
Foto: Foto bersama Kepala Kantor Kementerian Agama Propinsi Sumatera Barat Drs. Salman, MM usai peletakan batu pertama pembangunan rumah Iqbal, 3 September 2015
Â
Â
Terpopuler
1
LAZISNU dan POROZ Kirim Bantuan Rp6,45 Miliar untuk Kebutuhan Ramadhan Rakyat Palestina
2
Pemantauan Hilal Awal Ramadhan 1446 Digelar di 125 Titik, Jawa Timur Terbanyak
3
Didampingi SBY-Jokowi, Presiden Prabowo Luncurkan Badan Pengelola Investasi Danantara
4
Aksi Indonesia Gelap, Upaya Edukasi Kritis terhadap Kondisi Sosial, Politik, dan Demokrasi
5
Melihat Lebih Dalam Kriteria Hilal NU dan Muhammadiyah
6
Sambut Ramadhan, Siswa Lintas Iman di Jombang Kolaborasi Bersihkan Rumah Ibadah
Terkini
Lihat Semua