Menjadi Aktivis Tak Menghambat Tugas Mulia Seorang Guru
Jumat, 9 Oktober 2015 | 02:10 WIB
Endra Irawati aktif dalam berbagai organisasi berbasis sosial-kemasyarakatan. Pengalamannya dalam berorganisasi selama masa muda membawanya untuk menempati posisi-posisi penting dalam organisasi yang diikutinya sebagai Ketua Karang Taruna Desa, Ketua Srikandi Pemuda Pancasila Kab. Sopeng, Wakil Sekretaris di KNPI Kab. Sopeng, Wakil Ketua Fatayat Kab. Sopeng, dan Bendahara LP Ma’arif Kab. Sopeng, serta jabatan-jabatan lainnya yang pernah ia duduki.<>
Ia tidak hanya aktif berorganisasi saja rupanya, ia pun menjadi salah satu tokoh agama di desanya, berperan sebagai ketua Majelis Ta’lim. Hal-hal tersebut di atas merupakan sebuah kolaborasi dan komposisi yang menarik bagi seorang wanita yang telah berkeluarga dengan setumpuk aktifitasnya.
Namun aktivitasnya sama sekali tidak menghambat tugas mulianya sebagai seorang pendidik. Guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) As-‘Adiyah 185 Lompulle, Sulawesi Selatan ini bakan sempat memperoleh penghargaan sebaga Guru Berprestasi di tingkat kabupaten Soppeng.
***
Selepas menyelesaikan jenjang pendidikan menengah (2003), ia mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan. Tersadar karena mencerdaskan bangsa adalah tugas bersama dan dapat dilakukan dengan cara apapun. Maka hal yang ia jadikan alternatif dalam melakukannya adalah menjadi seorang guru, tugas yang sangat mulia dan tanpa pamrih. Madrasah pilihannya jatuh kepada madrasah kala pertama ia menuntut ilmu yaitu Yayasan Pendidikan As-‘Adiyah.
Pada tahun 2005 ia baru mendapatkan sertifikat mengajar dan hingga kini menjadi guru honorer di madrasah tersebut. Sesuai dengan jurusannya pada saat menimba ilmu di bangku perkuliahan maka jenjang yang ia khidmati untuk mengajar yaitu tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat dengan Sekolah Dasar (SD). Di situ awal mula ia berkarir di dunia pendidikan. Kecakapan dan tanggungjawabnya yang tinggi menjadi modal utama ia dalam mengajar.
Baginya mengajar adalah sebuah keharusan dan sebuah tanggung jawab yang tidak dapat disepelekan. Karena dengan mengajar ia mampu melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas dan bermartabat. Sesuatu yang ia jadikan prioritas setelah keluarga. Karena baginya, murid-murid adalah anak-anaknya juga yang perlu diasah intelektualitasnya, diasih kepribadiannya dan diasuh masa depannya. Disamping mengajar kesibukannya yang lain adalah sebagai seorang aktivis. Berorganisasi adalah hal lain yang menjadi salah satu kegemarannya, katakanlah demikian. Karena hal tersebut berlanjut dari sejak ia duduk dibangku sekolah menengah dan perkuliahan hingga kini.
***
Ibu dari dua anak ini memanglah patut dijadikan teladan bersama. Ia mampu menjalankan dengan baik tugasnya sebagai seorang istri, ibu, aktivis dan terutama sebagai seorang guru. Karena guru adalah orangtua kedua bagi murid-muridnya setelah ayah dan ibu.
Pencapaian-pencapaian yang ia raih sekarang ini tidaklah serta-merta terjadi begitu saja. Kerja keras dan kesungguhan menjadi kunci utamanya. Baginya hidup itu tidak perlu dibuat susah, cukup “enjoy” dengan hal-hal yang dilakukan dan berusaha memberikan yang terbaik dalam hal apapun. Sehingga hal apapun yang kita lakukan akan memberikan dampak yang baik untuk diri sendiri dan sekitar jika disertai dengan pikiran positif.
Ia tinggal di Desa Tobatang Kec. Pamanah Kab. Wajo bersama suami, ibu dan kedua anaknya. Artinya, ia harus pulang-pergi Wajo-Sopeng untuk menjalankan aktifitas rutinnya sebagai pengajar di MI As-‘Adiyah 185 Lompulle dengan jarak tempuh yang tidak dekat. Karena suaminya terpilih menjadi Kepala Desa di tempat mereka tinggal.Hal demikian sama sekali tidak menjadi batu sandungan baginya dalam melaksanakan tugas mulia seorang guru. Karena mengajar baginya adalah lillahi ta’ala (karena Allah) semata. Sehingga meski dirinya hanya sekedar menjadi guru honorer di Madrasah tersebut, keberkahan senantiasa ia rasakan dari hasilnya mengajar.
***
Keikutsertaanya dalam ajang Guru Berprestasi ditingkat kabupaten Soppeng, diawali oleh ajakan salah seorang pengawas di madrasah tempatnya mengajar. Mulanya ia merasa canggung dan ragu untuk mengikuti ajang guru berprestasi tersebut karena peserta yang lain sudah berstatus PNS sedangkan ia adalah satu-satunya peserta yang berstatus guru honorer. Namun, hal demikian jelas tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap mengikuti ajang tersebut dengan motivasi yang kuat, yaitu keinginannya untuk membuktikan kepada khalayak ramai bahwa guru madrasah pun mampu mengikuti ajang tersebut. Baginya, jika orang lain mampu melakukannya maka dirinya pun mampu melakukannya meski dengan segala keterbatasan yang ada.
Akhirnya ia pun mampu meraih juara ke-2 dan menyisihkan peserta-peserta lainnya yang mayoritas berasal dari sekolah mapan. Sehingga mendatangkan kebanggaan yang tak terhingga bagi civitas akademika dan murid-murid di Madrasah As-‘Adiyah 185 Lompulle. Hal ini membuktikan bahwa kerjakeras seseorang akan berbuah, proses tidak pernah mengkhianati hasil.
Metode pembelajaran ibu Endra adalah baca-tulis al-Qur’an, karena baginya hal demikian merupakan pelajaran yang sangat penting untuk ditekankan kepada para murid di MI As-‘Adiyah, karena jelas berbeda sekolah Madrasah dengan sekolah Negeri. Penekanan terhadap bidang studi keagamaan tidak serta-merta membuat Madrasah absen dalam mengajarkan ilmu-ilmu umum kepada para muridnya.
“Saya sebagai walikelas 4 memegang semua mata pelajaran, kecuali matematika karena dipegang oleh Kepala Sekolah, sedangkan IPA ada guru khususnya”, jelasnya.
Minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agama untuk anak-anak, membuat sedikit yang berminat untuk bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah. Total siswa di MI As-‘Adiyah 185 terdata sekitar 32 orang dari kelas I sampai kelas VI. Perlunya perhatian lebih dari pemerintah agar sarana-prasarana Madrasah diperhatikan dan diperbaiki. Setidaknya dengan demikian, sedikit demi sedikit masyarakat mulai mempercayai Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang terpercaya untuk mendidik anak-anaknya.
Bagaimanpun, itulah tantangan bagi para guru di MI As-‘Adiyah karena di Desa Kebo terdapat 5 sekolah negeri dan saling berdekatan. Sehingga butuh perjuangan yang lebih bagi MI untuk mendapatkan siswa.
Disinilah guru dituntut untuk lebih kreatif lagi, bahwa guru MI dapat melakukan hal yang sama dengan guru sekolah Negeri. Sejauh ini bentuk pengembangan dari MI As-‘Adiyah dengan mengikutsertakan para siswa pada setiap lomba dan kegiatan yang diselenggarakan baik ditingkat desa, kecamatan ataupun kabupaten. (A. Malik Mughni)
Foto: Endra Erawati (dua dari kanan) mengantarkan siswinya berprestasi.
Terpopuler
1
LAZISNU dan POROZ Kirim Bantuan Rp6,45 Miliar untuk Kebutuhan Ramadhan Rakyat Palestina
2
Pemantauan Hilal Awal Ramadhan 1446 Digelar di 125 Titik, Jawa Timur Terbanyak
3
Didampingi SBY-Jokowi, Presiden Prabowo Luncurkan Badan Pengelola Investasi Danantara
4
Aksi Indonesia Gelap, Upaya Edukasi Kritis terhadap Kondisi Sosial, Politik, dan Demokrasi
5
Melihat Lebih Dalam Kriteria Hilal NU dan Muhammadiyah
6
Sambut Ramadhan, Siswa Lintas Iman di Jombang Kolaborasi Bersihkan Rumah Ibadah
Terkini
Lihat Semua