Warta JELANG MUKTAMAR

Calonkan Diri, Ali Maschan Tak Ingin 'Sok' Perbaiki NU

Senin, 1 Februari 2010 | 11:09 WIB

Jakarta, NU Online
Bursa kandidat ketua umum PBNU semakin semarak dengan munculnya KH Ali Maschan Moesa yang juga mencalonkan diri. Deklarasi pencalonannya secara resmi dilakukan di pesantren Al Aziziyah Jakarta, Senin (1/2). Sebelumnya pernyataan pencalonannya sudah dikemukakan dalam berbagai forum.

Mantan Ketua PWNU Jawa Timur ini menyatakan pencalonannya ini bukan didasarkan alasan sok ingin memperbaiki NU sekarang, tetapi lebih pada keinginan untuk memperbaiki diri dengan berkhidmat di NU.<>

“Saya ingin dhandhani awak (memperbaiki diri) di NU,” katanya.

Dalam pernyataan visinya jika berhasil memimpin NU, ia akan berusaha memantapkan aqidah Islam ahlusunnah wal jamaah bagi jamiyyah Nahdlatul Ulama dari fundamentalisme dan liberalisme di dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Jika berhasil memimpin, terdapat tiga misi yang akan dilaksanakan yang merupakan narasi qonun asasi atau pidato pertama rais akbar KH Hasyim Asy’ari yaitu, mewujudkan persatuan (al-ittihad), kebersamaan (al ijtima’), dan kasih saying (attaaluf) serta tolong menolong (attaawun) bagi seluruh warga NU.

“Kelihatannya kita di luar berdampingan, tetapi bisa saja hati kita bermusuhan,” paparnya.

Aspek kedua adalah menjadikan jamiyyah NU sebagai wadah yang memberikan rasa aman (jamiyyatul aman) bagi semua fihak, yaitu kaum fuqora, orang kaya (aqniya), kaum duafa dan orang-orang kuat (aqwiya).

“Pemerintah, warga, pengusaha, wartawan, semuanya aman dalam lindungan NU,” terangnya.

Terakhir adalah mempertahankan tradisi mencari ilmu secara akademis (ittishal assanad), yaitu kepada para ulama yang baik kemampuan maupun kredibilitas dan kepribadiannya terjamin.

“Gurunya harus jelas, kitabnya juga harus jelas,” ujarnya.

Ia juga akan mengimplementasikan isyarah ilahiyyah jamiyyah NU dari hasil istikharah al maghfurlah Syaikhona Kholil Bangkalan, yaitu, pertama, memberdayakan komunitas fakir miskin, kaum dhuafa dan mustadhafien sebagaimana isyarat dalam surat Thaha17;21.

“Kita harus dekat dengan orang kecil, yang bangkit bukan hanya ulamanya, tetapi juga umatnya. Jangan sampai yang mengkilat mobil kiainya sementara umatnya yang mengkilat punggungnya,” tegasnya.

Kedua, mempertahankan NKRI sebagai nation state sebagaimana isyarat kosakata tongkat (‘asha) dalam surat Thaha tersebut. Hal ini juga sesuai dengan piagam Madinah yang menegaskan semua agama dan kelompok aman berada di Madinah. Di Indonesia, hal ini digambarkan sebagai Bhinneka Tunggal Ika.

Ketiga adalah meningkatkan dimensi spiritualitas dalam melaksanakan ajaran agama, sebagaimana isyarat dari “tasbih” yang dikirimkan Syaikhona Kholil kepada KH Hasyim Asy’ari lewat kurir KH As’ad Syamsul Arifin.

Ali Maschan menegaskan, dirinya tak perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah dalam pencalonannya karena yang menentukan terpilihnya dia adalah para ketua PWNU dan PCNU.

Ditanya mengenai penyelesaian PKB jika ia terpilih, Cak Ali berpendapat, persoalan PKB diluar domain NU karena mereka merupakan organisasi yang independen. NU dalam hal ini memfasilitasi pendiriannya saja, tetapi selanjutnya tak dapat melakukan intervensi ke dalam tubuh PKB.

Ali Maschan memiliki merupakan kader NU yang meniti karir organisasi dari bawah sehingga memiliki pemahaman keorganisasian yang kuat dan memiliki akar dalam masyarakat.

Keterlibatannya di NU dimulai dari ketua rantin IPNU ds Ketanon Tulungagung tahun 1972-1973, ketua rayon PMII Fak, Adab IAIN Surabaya 1975-1976 sampai menjadi ketua korcab PMII Jatim (1984-1986), menjadi sekretaria GP Ansor Ancam Taman Sidoarjo (1975-1978 sampai menjadi wakil ketua GP Ansor Jatim (1987-1991), ketua Maarif NU Sidoarjo, katib syuriyah NU Sidoarjo, Ketua LDNU Jatim, Katib Syuriyah NU Jatim, wakil ketua NU Jatim dan menjadi ketua PWNU Jawa Timur selama 9 tahun (1999-2008).

Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya pada jurusan sastra Arab di IAIN Surabaya tahun 1984, meraih gelar DiP TAFL (Diploma Teaching Arabic as a Foreign Language) di LIPIA As Su'udy Jakarta, Magister Sains Ilmu Politik Universitas Airlangga1999, dan Doktor Ilmu Sosial Politik Universitas Airlanggar Surabaya, 2006. Akhir tahun 2009 lalu, ia memperoleh gelar profesor.

Hadir dalam pencalonan tersebut KH Maktub Effendi, rais aam Jamiyyah Ahlut Thariqat Al Mu’tabarah Indonesia (JATMI) yang juga petinggi dalam Majelis Dzikir SBY, ketua PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin, PCNU Madiun KH Mustakim, PCNU Pamekasan KH Abdul Ghofur, PCNU Banyuwangi KH Masykur Ali, PCNU Lumajang KH Fanandri Abdussalam dan PCNU Bangil KH Syamsul Maarif .

Ia mengaku sengaja menggunakan pesantren sebagai tempat deklarasi pencalonan untuk mencari barokah mengingat pesantren sebagai tempat pengkaderan di NU.

Acara diawali dengan istighotsah bersama dengan dipimpin oleh KH Maktub Effendi. Secara lugas ia mengajak para jamaah untuk mendoakan agar Ali Maschan Moesa terpilih menjadi ketua umum PBNU periode 2010-2015. Tak kurang dari lima kali ia menyebut nama Ali Maschan diantara bacaan istighotsah demi keberhasilannya.

Ketua PCNU Jember KH Abdullah Syamsul Arifin menyatakan Ali Maschan layak menjadi ketua umum PBNU karena bisa diterima semua fihak, memiliki karir keorganisasian dari bawah, juga merupakan seorang intelektual yang meraih gelar akademik tertinggi. “Beliau orang yang sangat layak menjadi ketua umum PBNU,” tandasnya. (mkf)