Warta

Cina Tak Butuh Perantara Atasi Masalah di Xinjiang

Kamis, 16 Juli 2009 | 02:26 WIB

Beijing, NU Online
Cina tidak membutuhkan perantara atau bantuan dari negara berpenduduk sebagian besar Muslim untuk menyelesaikan masalah di Xinjiang, kata Wakil Ketua Panitia tetap Kongres Rakyat Nasional (NPC) Cina, Ismail Tiliwaldi.

Ismail menyampaikan hal itu dalam keterangan pers khusus kepada enam wartawan asing dari negara berpenduduk sebagian besar Muslim, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Turki, Maroko, dan Qatar, di Beijing, Rabu (15/7).<>

Ismail menegaskan, Cina juga tidak membutuhkan penengah atau negara ketiga untuk berunding dengan Rebiya Kadeer, pemimpin Kongres Uighur Dunia, yang bermarkas di Washington, untuk bersama-sama menyelesaikan masalah di Xinjiang.

Kadeer, yang menghabiskan sekitar enam tahun di penjara di Cina sebelum dibebaskan di bawah tekanan AS pada 2005, memperkirakan 5.000 orang lagi dipenjarakan.

Menurut dia, Cina menganggap kerusuhan di Xinjiang, yang mengakibatkan ratusan warga tewas dan luka-luka, murni urusan dalam negeri, sehingga keterlibatan pihak ketiga tidak dibutuhkan.

"Masalah di Xinjiang murni urusan dalam negeri Cina dan kami akan menyelesaikan dengan ketentuan dan undang-undang," katanya.

Tiliwaldi mengatakan bahwa dukungan sejumlah negara, khususnya yang berpenduduknya sebagian besar beragama Islam, tidak campur tangan dan mendukung pemisahan diri dari negara Cina sudah sangat membantu dan sangat dibutuhkan.

"Kami menghargai sikap negara berpenduduk sebagian besar beragama Islam tidak campur tangan dalam masalah di Xinjiang. Sikap mereka sangat kami hargai dan hormati," katanya.

Ia mengatakan, Kadeer berada di belakang peristiwa kerusuhan tersebut dan sejauh ini, tidak ada negara lain atau lembaga lain antarbangsa mendukung gerakan pemisahan diri dari Cina.

Dikatakannya pula bahwa keadaan di Xinjiang berangsur-angsur pulih dan kegiatan ekonomi, sosial dan pembangunan mulai berjalan seperti semula, sekalipun kerusuhan menghambat beberapa kegiatan pembangunan dan ekonomi masyarakat setempat. (ant/dar)