Warta

Filipina Serang Kubu Gerilyawan Muslim

Senin, 8 Juni 2009 | 13:51 WIB

Manila, NU Online
Pesawat-pesawat militer Filipina telah menjatuhkan bom dan menembakkan roket ke tempat-tempat gerilyawan Muslim yang diduga bersembunyi di pulau Mindanao di Filipina selatan, Ahad (7/6) kemarin, beberapa pejabat mengatakan.

"Mereka terus menjatuhkan bom di posisi-posisi MILF," Juru Bicara Front Pembebasan Islam Moro (MILF) Eid Kabalu mengatakan pada AFP melalui telpon dari Filipina selatan yang dicabik-perang.<>

Ia mengatakan gerilyawan telah menghancurkan sebuah kendaraan personil militer lapis baja, Ahad pagi di dekat kota Guindulungan ketika tentara membalas dendam dengan memanggil pesawat OV-10 untuk menjatukan bom ke tempat-tempat itu.

Markasbesar militer di Manila memastikan serangan udara itu, merupakan bagian dari operasi untuk membersihkan tempat MILF satu hari setelah salah satu kamp mereka jatuh ke tangan pemerintah.

"Kami menggunakan dukungan udara dekat," jurubicara militer Letnan Kolonel Romeo Brawner mngatakan. "Itu adalah bagian dari operasi pembersihan kami."

Bentrokan meletus empat hari lalu ketika militer mendesak untuk mengusai Guindulungan, markas terkenal komandan senior MILF Ameril Umbrakato.

Brawner mengatakan tidak ada korban baru pada hari Minggu tapi menyebutkan jumlah kematian gerilyawan 30 orang sejauh ini. Laporan-laporan dari lapangan sebelumnya mengatakan sejumlah tentara telah menarik beberapa mayat dari makam dangkal yang digali oleh gerilyawan untuk rekan-rekan mereka yang tewas, meskipun MILF Minggu membantah tempat itu adalah kamp gerilyawan.

Tentara juga menemukan lubang perlindungan, bunker-bunker yang dibentengi dan gedung administrasi, yang mengindikasikan bahwa tempat itu telah digunakan sebagai kamp pelatihan oleh MILF.

Umbrakato adalah satu dari dua komandan senior yang memimpin serangan-serangan yang hampir bersamaan di beberapa kota yang sebagian besar penduduknya Kristen di Mindanao, Agustus. Serangan-serangan itu menyebabkan lebih dari 300 petempur dan warga sipil tewas, dan ratusan ribu orang terlantar.

Serangan-serangan terjadi setelah mahkamah agung menyatakan tidak sah rancangan perjanjian damai antara MILF dan pemerintah Presiden Gloria Arroyo. Perjanjian itu menawari Muslim kekuasaan di beberapa daerah luas di bagian selatan Filipina. Namun MILF mengesampingkan pembicaraan hingga setelah masa jabatan enam tahun Arroyo berakhir tahun depan. (afp)