Warta

Mentan: Kemandirian Petani Tentukan Ketahanan Pangan

Kamis, 4 Desember 2008 | 00:29 WIB

Bandung, NU Online
Pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap kemandirian dan kesejahteraan petani guna merealisasikan ketahanan pangan secara berkelanjutan di Indonesia.

"Kemandirian petani menjadi salah satu kunci mewujudkan ketahanan pangan nasional, tanpa kemandirian sulit untuk merealisasikan tujuan itu," kata Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono di sela-sela Peringatan Hari Pangan Sedunia XXVIII di Lapangan Tegalega, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/12) kemarin.<>

Pada kesempatan itu, Mentan menegaskan eratnya kaitan antara ketahanan pangan dengan pertumbuhan ekonomi sehingga diperlukan kebijakan yang tepat dan bersifat multidimensi guna menghadapi dinamika perekonomian dunia.

Selain itu, katanya, di samping berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketahanan pangan juga memiliki dimensi budaya.

Ketahanan pangan harus memperhatikan koporatif asparatif kawasan yang bersangkutan seperti kawasan dataran tinggi, pesisir, daerah rawa, lahan gambut dan sebagainya.
Keragaman agrokeologi itu, kata Mentan, tergambar dari keanekaragaman jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi masyarakat seperti mulai dari umbi-umbian, kacang, sereal, sagu, pisang dan berbagai sumber karbohidrat lainnya.

"Penetapan kebijakan ketahanan pangan mutlak harus dibangun dengan memperhatikan kearifan lokal, tanpa itu, kelompok masyarakat tersebut akan memiliki ketergantungan kepada negara lain," jelasnya.

Lebih lanjut, Mentan mengingatkan, tantangan penyediaan ketahanan pangan yang cukup, berkualitas, aman dan harga terjangkau semakin meningkat. Terlebih dengan fenomena perubahan iklim global yang ditandai dengan perubahan pola hujan, meningkatnya frekuensi atau balik cuaca ektrem, pergeseran waktu dan musim, pola tanam serta kualitas tanaman termasuk produksi pangan.

Untuk itu, harus dilakukan upaya secara global, tidak membedakan negara mana yang jadi sumber dan dampak kerusakan, kaya atau miskin. "Segala bentuk aktivitas, baik terkait pendanaan, tindakan, kebijakan antisipasi, mitigasi harus dilakukan secara bersama tanpa terpaku pada batas administrasi wilayah," katanya.

Meningkat
Menteri Pertanian menyebutkan bahwa secara umum, produksi nasional sektor pertanian mengalami peningkatan. Menurut angka ramalan BPS III, produksi padi di Indonesia pada 2008 diperkirakan mencapai 60,58 juta ton atau meningkat sekitar 5,56 persen dibandingkan tahun 2007 sebesar 57,16 juta ton.

Peningkatan juga terjadi untuk produksi jagung dan kedele pada 2008 diprediksi naik masing-masing 20 persen dan 28,47 persen dibandingkan tahun 2007. Meski demikian, peningkatan produksi pertanian itu, masih terkendala dengan penurunan infrastruktur, lemahnya lembaga ekonomi pertanian, lemah dan terbatasnya penyuluh pertanian serta masih langka dan mahalnya biaya modal. (ant/din)