Warta

Prabowo Mengaku Dekat dengan Ulama dan Komunitas Nahdliyin

Rabu, 1 Juli 2009 | 22:44 WIB

Jakarta, NU Online
Calon Wakil Presiden (Cawapres), Prabowo Subianto, mengaku dekat dengan ulama dan komunitas nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU) sejak lama. Bahkan, sejak awal kariernya di militer, ia mengaku sudah sering bersilaturrahim dengan para ulama NU.

“Seperti biasa, (dahulu) sebagai prajurit, sebelum berangkat perang, saya mesti datang ke kiai untuk minta doa restu agar diberi keselamatan. Di situlah awal kedekatan saya dengan kiai, ulama dan kalangan nahdliyin,” ujar Prabowo.<>

Ia mengatakan hal itu saat menghadiri acara Istighosah 1.000 Kiai, Habaib, Mubalig dan Pimpinan Majelis Taklim di Tugu Proklamasi, Jakarta, Rabu (1/7) siang kemarin.

Karena itu, imbuhnya, bukan hal yang salah jika dirinya yang kini menjadi cawapres, memohon doa restu dari para ulama, kiai dan habaib. “Tidak salah kalau ada anak bangsa yang ingin berjuang untuk rakyat, mohon doa restu dari para ulama,” ujarnya.

Prabowo yang datang tanpa didampingi capresnya, Megawati Soekarnoputri, tak banyak berbicara. Ia pun tak memanfaatkan forum doa bersama itu untuk berkampanye dan menebar janji politik. Ia hanya menyatakan tekatnya untuk membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera.

Menurut mantan Danjen Kopassus itu, bangsa Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang melimpah. Maka, tak selayaknya bangsa Indonesia menjadi bangsa ‘peminta-peminta’ seperti yang terjadi sekarang. “Jangan lagi bangsa ini dianggap remeh oleh bangsa lain,” tegasnya.

Istighosah itu dihadiri sejumlah ulama, kiai, habaib dan ratusan jamaah majelis taklim. Tampak di antara para hadirin tiga petinggi NU, antara lain, Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Jakarta Barat, KH Ahya Al Anshori; Rais Syuriyah Pengurus Cabang NU Karawang, Jawa Barat, KH Hasanuri Hidayatullah dan pengurus Rabitah Maahid Islamiyah (asosiasi pesantren se-Indonesia) KH Arwani.

Beberapa ulama, kiai dan habaib lain yang hadir, di antaranya, dai kondang KH Zainuddin MZ; pengurus Forum Ulama dan Habaib Betawi, Habib Mahdi Al Atos; Sekretaris Jenderal Persatuan Majelis Taklim dan Zikir se-Indonesia, KH Syarif Hidayatullah, KH Abu Hanifah dan KH Abdurrahman Bashuro. (rif)