Wawancara

Awalnya Pasar Rakyat, lalu Kios Umat

Selasa, 15 Januari 2013 | 00:56 WIB

Salah satu kegiatan masal yang diselenggarakan oleh PBNU di berbagai daerah adalah Pasar Rakyat Indonesia (PRI). Kegiatan ini diselenggarakan di tingkat cabang oleh tim kerja yang ditunjuk oleh PBNU bekerjasama dengan pengurus cabang (PCNU) setempat.<>

Pada tahap pertama pasar Rakyat Indonesia sudah terlaksana di 29 titik (sampai 13 Januari 2013 di Banyuwangi) dan akan diselesaikan sampai 50 titik di Jawa. Tahap berikutnya, untuk tahun pertama dan kedua juga akan dilaksanakan masing-masing 50 titik ke berbagai cabang atau kota di Indonesia.

Berikut wawancara NU Online dengan Wakil Bendahara PBNU, Nasirul Falah, penggagas sekaligus pelaksana Pasar Rakyat Indonesia.

Ide pasar rakyat sebenarnya dari mana?

Ide pasar rakyat itu kan sebenarnya bagian dari keprihatinan PBNU terhadap pemberihan sumbangsih langsung kepada umat. Kemudian pada waktu itu di awal kepemimpinan Kiai Said, beliau mengatakan kepada saya, bagaimana kita ini harus memberikan sesuatu kepada warga, walaupun nilainya tidak seberapa tapi itu terasa. Lalu kemudian Kiai Said meminta saya untuk mencari bentuk. Akhirnya saya sampaikan kepada Kiai bahwa kita ini punya potensi. Saya akan melakukan yang namanya pasar rakyat. 

Pasar Rakyat itu menjual produk dari luar?

Kita kalau menjual produk orang lain ya percuma. Nilai tambah atau value buat NU ini apa. Selain menjual, kita juga munculkan produk. Makanya Pasar Rakyat itu baru terselenggara bulan April karena kita tunggu minyak goreng kita Bintang Sembilan, dan Kartu Umat. Sebenarnya ide sudah lama sekali. Namun baru terselenggara April 2012 karena menunggu kesiapan produk kita sendiri. Mungkin tidak bisa memenuhi kebutuhan warga nahdliyin, tapi setidaknya sumbangsih PBNU kepada warga itu terasa. 

Jadi produk andalannya dua?

Sementara dua. Bintang Sembilan itu brand. Bisa minyak goreng, bisa sabun yang sedang mulai kita produksi. Produk itu juga kita jual nantinya ke pasar bebas. Nah kalau warga NU mau membeli di kios umat dengan menunjukkan kartu umat itu lebih murah. Keunggulannya di situ.

Ada sembako murah juga?

Kalau sembako itu setiap pasar rakyat ada. Kalau beras itu harga 7 ribu rupiah, kita jual 4 ribu. Plus mie instan. Semua beras dan mie perpaket 5 ribu. Dan setiap pasar rakyat, tiga ton beras itu pasti habis.

Selain menjual produk, apa yang diinginkan dari penyelenggaraan pasar rakyat?

Yang paling utama lagi, perekonomian warga NU harus digugah. Adanya minyak goreng yang kita produksi, dan adanya kartu umat miliknya warga NU setidaknya ada nilai kebanggaan bagi warga NU sendiri. Tapi bukan sekedar kebanggaan. Makanya untuk kartu umat itu ada juga dana infaq yang sekarang (per-Januari) sudah menyentuh angka 100 juta. Nanti akan diserahkan pengelolaannya kepada LAZISNU. Sepuluh tahun yang akan datang diharapkan bisa memperoleh 1 miliar rupiah perbulannya. Ini bukan mimpi, tapi kenyataan.

Sekarang (per awal Januari) yang sudah berjalan berapa titik?

Sudah 29 kota. Tinggal 21 kota lagi. Ini baru tahun pertama. Yang 11 kota ini akan selesai Juni atau Juli. Tahun kedua ada 50 kota dan tahun berikutnya 50 kota lagi sampai menjelang Muktamar. 

Pasar rakyat selalu diselenggarakan setiap Sabtu-Ahad?

Ya. Rangkaian pasar rakyat juga ada workshop. Nah dalam workshop ini sebenarnya kita berharap kalau ada lembaga-lajnah NU ingin ikut berpartisipasi, saya sangat senang. Dan tema besarnya selalu wirausaha.

Kegiatan ini selalu diselenggarakan oleh tim dari PBNU bersama PCNU setempat?

Ya. Dan cabang tidak mengeluarkan biaya, PBNU malah yang berkontribusi. Tempat kita survei bersama. Mana daerah paling membutuhkan sembako kita pilih, tentu atas arahan cabang. Lalu cabang yang mengkoordinasikan keamanan, izin, dan konsumsi. Alhamdulillah selama ini tidak ada yang mengeluhkan.

Pasar rakyat dikerjakan hanya sampai tingkat cabang?

Kelanjutan pasar rakyat ini nanti ada yang namanya “kios umat”. Kios umat yang kita bentuk ini sudah hampir 12 tempat. Di situ nanti akan kita jual produk-produk unggulan kita yang sangat diperlukan warga misalnya minyak goreng dan beras. Mereka akan mendapatkan harga lebih murah jika hp-nya memakai kartu umat. Kenapa begitu? Di negara kita ini apa-apa mahal karena semua dari hulu ke hilir ini dikuasai pengusaha dan warga kita terjebak dalam arus lingkaran itu. Jadi kalau barang dari kita ini dari pabrik ya langsung kita jual ke warga. Nah tindak lanjut program ini sampai ke ranting ini bentuknya ya kios umat itu.

Kios umat ini seperti apa?

Seperti Alfamart begitu. Kita sedang melakukan riset. Paling tidak kios umat itu nanti seperti koperasi sejahtera.

Sistem kepemilikannya seperti apa?

Itu nanti bisa konsinyasi, juga bisa franchise. Jadi kita jangan terjebak pada sistem shodaqoh, karena kita ini bisnis. Kita ingin membangun ekonomi umat. Jadi kalau aturan mainnya ini kita jalankan insyaallah ke bawahnya juga akan terasa. Jadi setiap warga yang mempunyai tempat dan siap bekerjasama dengan kita atau misalkan dia juga sudah mempunyai warung yang sudah berdiri lalu kita branding begitu, juga tidak apa. (*)