Wawancara

Bachrawi Sanusi: Subsidi BBM Harus Disertai Pola Hidup Hemat

Selasa, 1 Juni 2004 | 10:13 WIB

Untuk saat ini, kenaikan harga minyak dunia akan sangat mempengaruhi upaya dunia, lebih-lebih  Indonesia untuk bisa bangkit dari krisis. Kenaikan harga minyak di pasar dunia yang sempat menembus US$ 40 per bare tentu saja mengkhawatirkan posisi APBN. Apalagi jika pemerintah menempuh kebijakan konservatif, dengan tidak mencabut subsidi. Beban masyarakat akan semakin berat.

Demikian juga bagi dunia industri, tanpa subsidi, tentu mereka akan terseok-seok. Bagaimana mungkin dunia industri akan bisa bangkit, jika biaya produksi semakin tinggi. Daya saing mereka pun akan semakin menurun. Jangan sampai bangkrut, pemerintah harus memberikan subsidi kepada mereka,”kata Bachrawi Sanusi, Lektor Kepala Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

<>

Menurut Sanusi, pemberian subsidi BBM kepada masyarakat dan dunia usaha hukumnya sah-sah saja. Sebab di negara industri maju seperti AS pun kata dia, masyarakat dan dunia industrinya masih diberikan subsidi. Tujuannya jelas untuk meningkatkan daya saing,”kata mantan pejabat Ditjen Migas (1962-1995) ini.

Selain soal subsidi, dia adalah ahli perminyakan pertama yang menyatakan bahwa saat ini status Indonesia adalah sebagai negara Net Importer. Karena itu Sanusi mensarankan Indonesia untuk keluar dari OPEC.

Apa katanya soal penyebab membumbungnya harga minyak dunia saat ini, Reporter NU-Online mewawancarai ahli perminyakan yang juga mantan ketua pembina Lembaga Perekonomian NU tahun 1992 ini di rumahnya, di Komplek Migas Slipi, 1 Juni 2004 :

Sebenarnya selain OPEC, siapa sih yang menguasai kontrol terhadap harga minyak dunia sesudah  AS menguasai Iraq?

Dalam sejarah pasar minyak internasional pada awal kelahirannya, perdagangan minyak dunia dikuasai dan ditentukan oleh Standard Oil Company-nya Rockefeller. Setelah monopoli dari Standard Oil Company dibubarkan oleh Sherman Anti Trust Act tahun 1911, distorsi pasar minyak dunia dilakukan oleh the Seven Sisters (tujuh pemain terbesar di industri minyak) sampai kelahiran OPEC tahun 1960. Namun sampai dengan meletusnya Perang Oktober 1973, harga minyak masih ditentukan oleh  konsumen atau pembeli. Nah setelah Perang Oktober 1973 berakhir, harga minyak yang semula hanya US$2,5 mulai naik menjadi belasan dollar.

Kenapa saat ini harga minyak dunia mencapai tingkat paling tinggi selama 21 tahun terakhir?  

Saya sampai sekarang menduga bahwa kenaikan harga minyak dunia sekarang terdapat andil George W. Bush.

Apakah yang Bapak maksud telah terjadi eksploitasi dan penimbunan produksi minyak Iraq oleh George W. Bush?

Bukan begitu, kalau produksi minyak di sana bisa sampai 3 juta barel, pasti sudah didistribusikan oleh perusahaan-perusahaan perminyakan di sana, termasuk perusahaan perminyakan Iraq. Yang saya maksud, Bush telah memainkan isu-isu terorisme, sehingga dunia menjadi khawatir. Seperti terjadinya teror bom di kilang-kilang minyak Arab Saudi, bahkan isu terorisme seluruh dunia.

Kenapa Bapak bisa berpikir begitu?

Inilah yang repot, kalau ada presiden negara hiper power yang juga pengusaha minyak, jadi saya sangat yakin, situasi dunia akan kembali aman, dan harga minyak bisa stabil, kalau George W Bush tidak terpilih kembali. Bukti yang lain, meskipun ditekan banyak pihak di AS, George W Bush tetap tidak mengizinkan penggunaan cadangan minyak strategis yang mereka dimiliki AS.

Bagaimana dengan langkah  tujuh jaksa agung wilayah AS yang  mengirim surat kepada Presiden Bush dan meminta Bush mendesak Jaksa Agung John Ashcroft untuk bersama- sama dengan mereka menyelidiki apakah perusahaan-perusahaan minyak raksasa dan OPEC telah bersekongkol untuk mendongkrak harga minyak, siapa yang sebenarnya berkuasa atas kontrol harga minyak dunia?

OPEC saat ini tidak bisa banyak berbuat, sebab kalau menekan produksi mereka, maka harga minyak bisa naik, kalau banjir produksi maka harga minyak turun, tetapi kekuatan kontrol itu justru ada di negara-negara Non OPEC, seperti Rusia, dan negara-negara Eropa, termasuk Malaysia. Selain itu, pedagang, spekulan dan konsumen, juga memberikan kontribusi pada kenaikan harga minyak dunia. Jadi faktor utama tingginya harga minyak sekarang, bukan karena pasar minyak mentah tetapi akibat kekhawatiran pasokan bahan bakar minyak (BBM), spekulan dan geopolitik di Timur Tengah, Venezuela, dan Nigeria. Jangan pula dilupakan soal ketatnya kebijakan pasokan BBM di dalam negeri AS sendiri. Sampai hari ini pemerintahnya menolak menggunakan cadangan minyak strategis mereka, meskipun mereka pengguna BBM sebesar 20 juta barel per hari. Jadi tingginya harga minyak saat ini sudah di luar kontrol OPEC.

Apakah pencabuta