Wawancara

Mengabdi di NU Berdasar Pengertian dan Cinta

Rabu, 21 Desember 2016 | 20:00 WIB

Mengabdi di NU Berdasar Pengertian dan Cinta

Rais Syuriyah (kanan) dan Ketua Tanfidziyah (kiri) Jawa Barat

Kepemimpinan PWNU Jawa Barat merupakan perpaduan antara ajengan (kiai) Pantura dan Priangan. Dari Pantura KH Hasan Nuri Hidayatulloh sebagai ketua tanfidziyah. Sementara dari Priangan KH Nuh Addawami sebagai rais syuriyah. Kedua ajengan tersebut mewakil utara dan selatan Jawa Barat.

Kedua ajengan tersebut terpilih pada Konferwil PWNU Jabar ke-17 di Pondok Pesantren Fauzan, Garut, dua bulan lalu. Kemudian dilantik sebagai nakhoda PWNU Jawa Barat oleh Ketua Umum PBNU KH Said Ail Siroj pada akhir pekan lalu di Pondok Pesantren Ashidiqiyyah Karawang, Sabtu (17/12).  

Lalu, bagaimana kedua ajengan tersebut akan membawa NU Jawa Barat untuk lima tahun ke depan? Berikut wawancara Abdullah Alawi dengan  KH Hasan Nuri Hidayatulloh dan KH Nuh Addawami di waktu yang berbeda. Ini petikan wawacaranya:

Sebagai Ketua PWNU Jabar, bagaimana rancangan untuk 5 tahun ke depan? Mau fokus ke arah mana?

Fokus inti kita adalah konsolidasi organisasi. Maksimalisasi lembaga-lembaga di lingkungan PWNU juga bagian dari rancangan tersebut. Garis besarnya jika Allah mengizinkan, bersama semua elemen NU mebangun Jabar sebagai provinsi Ahlussunnah wal-Jamaah an-nahdliyyah. Saya juga sadar bahwa ini pasti berat, tapi tetap kita harus kuatkan tekad bahwa dengan pertolongan Allah dan kerja bersama semua elemen dengan baik, tujuan tersebut sangat tidak mustahil akan Allah wujudkan.

Untuk mencapai tujuan itu, bagaimana komposisi pengurus yang akan datang?

Secara umum menurut saya sudah lengkap dari semua unsur terakomodir, tokoh ulama lebih dominan, wajar karena ini NU. Tapi di dalamnya juga ada unsur keterwakilan birokrat, pengusaha, aktivis, politisi, unsur TNI dan Polri dan lain lain. Makanya sedikit lebih gemuk dubandingkan dengan struktur sebelumnya.

Unsur TNI dan Polri bisa dijelaskan kenapa masuk?

Mereka purnawirawan yang meminta sendiri ingin ikut dalam pengabdian melalui NU karena punya alasan yang kuat sebagai orang yang merasa dilahirkan dari rahim orang tua yang NU.

Tiga bidang ini, pendidikan, perekonomian, dan kesehatan, apa ini akan menjadi bidang perhatian penting?

Tiga hal itu sudah wajib. Tidak boleh ditawar karena itu adalah tiang utama membangun NU dan langsung warga Nahdliyin yang merasakan...

Wawancara dengan Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat KH Muhammad Nuh Addawami

Dari sisi Rais Syuriyah, bagaimana cita-cita PWNU Jawa Barat ke depan?

Tentu sama semua cita-cita para kiai, hari besok itu harus lebih bagus dari hari sekarang. Sama semuanya juga cita-citanya para pengikut agama hari besok itu harus lebih bagus dari hari sekarang. Sabda Rasulullah SAW riwayat Al-Hakim, “Barangsiapa berada dalam hari ini lebih dari kemarin, maka dia itulah yang beruntung.”

Formasi pengurus PWNU periode 2016-2021 yang telah disusun, apakah bisa untuk lebih baik dari hari kemarin itu?

Asalkan di dalam organisasi itu satu, berpijak dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, kepada peraturan organisasi, dan pengurus solid; udah kita bicarakan bagaimana caranya kita berbuat yang lebih baik.

Optimis bisa lebih baik berarti?

Insyaallah karena besok harus optimis.

Sebagai organisasi yang berada di wilayah Jawa Barat, bagaimana meletakkan NU dalam kesundaan?

NU kan mengikuti, bisa dikatakan berpaham wawasan Nusantara. Jadi, kalau berwawasan Nusantara, NU pasti di Jawa Timur begini caranya, di Jawa Tengah begini, di Sunda dengan cara Sunda.

Bagaimana di Sunda?

Kita melihat karakter orang Sunda. Orang Sunda itu memiliki adab ya, menghormati kepada yang lebih senior dan mengasihsayangi yang lebih junior.

Pada praktiknya, misalnya, bagaimana meletakkan NU ketika bersinggungan pada wilayah kesenian Sunda?

Kit memberikan masukan supaya lebih baik dan berada dalam rel yang baik. Jangan kebablasan, terlalu bebas. Tetapi juga jangan terlalu sempit sehingga segala ditidakbolehkan. Tidak ekstrem sempit, tapi tidak ekstrem bebas. NU itu ummatan washatan, tidak bebas, tidak sempit.

Bagaimaana resep dan seharusnya berkhidmah di NU?

Sebetulnya bukan bagi saya sendiri, tapi setiap umat Islam. Cara pengabdian itu adalah koncinya ikhlas, mengabdi dengan berdasarkan pengertian dan kecintaan. Kita beribadah itu harus ada pengertian dan kecintaan kepada ma’bud (zat yang diibadahi). Kalau sudah pengertian, otomatis dorongannya ikhlas, mengharapakan anugerah, ridho, dan rahmat dari ma’bud itu. Jadi, di dalam pengabdian itu, jangan berdasarkan ketidakmengertian; atau mengerti, tapi tidak cinta. Itu nantinya akan berabe kalau kita tidak cinta. Sampeyan punya kerja, tapi kerjanya itu tidak dicintai, kan akan ditinggalkan. Jadi, konci pengabdian adalah pengertian dan kecintaan.