Balitbang Kemenag

Aktualisasi Moderasi Beragama Jalaluddin Rumi

Kamis, 30 April 2020 | 12:15 WIB

Aktualisasi Moderasi Beragama Jalaluddin Rumi

Bahasanya yang memikat dengan diksi apik nan penuh makna membuat generasi muda terangsang untuk mempelajari lebih dalam. Namun, sungguh sayang jika teori Rumi yang lain tidak dipelajari oleh bangsa ini. (Foto: sufism)

Lahir dari kalangan keluarga agamis, Maulana Jalaludin ar- Rumi tumbuh sebagai seorang Muslim multitasking dengan berbagai cakupan disiplin ilmu yang dikuasai (Hasna, 2019). Paket komplit dirinya mencetak berbagai karya luar biasa meliputi sastra, filsafat, tasawuf dan sebagainya. Pemikiranya menjadi dasar aplikasi kebijakan—kebijakan negara seantero dunia. Alasanya, menurut beberapa literasi pemikiran Rumi dianggap komprehensif dan matang untuk diaktualisasikan. 
 
Dewasa ini, di Indonesia pemikiran Jalaludin Rumi yang populer adalah kajian sastranya yang sarat akan makna cinta. Khalayak muda memang lebih menikmati pembahasan warna asmara dan kaidah romantisme. Bahasanya yang memikat dengan diksi apik nan penuh makna membuat generasi muda terangsang untuk mempelajari lebih dalam. Namun, sungguh sayang jika teori Rumi yang lain tidak dipelajari oleh bangsa ini.
 
Terlebih, berdasarkan beberapa literatur dan data jurnalistik, Muslim di Indonesia kini sedang berada dalam keadaan darurat ideologi. Munculnya gerakan ekstremis massa, manipulasi ideologi, serta beberapa paradoks lain telah mendesak muslim untuk menemukan jati dirinya yang sejati. Sehingga, internalisasi konsep moderat pantas dimasukkan ke dalam kategori urgen. Berkaitan dengan problema tersebut, dalam pemikirannya Rumi telah menyiapkan sebuah konsep moderasi agama yang identik dengan hati nurani dan jalan sufisme.
 
Menurut Lukman Hakim Syarifuddin (kala itu Menteri Agama RI), Indonesia membutuhkan konsep moderat untuk memerangi doktrin agama yang ekstrem dan berlebihan. Maka dari beberapa alasan tersebut di atas tim Badan Litbang dan Diklat Kemenag berinisiasi melakukan riset empiris terhadap pemikiran Rumi tentang konsep moderasi beragama.
 
Pemilihan pemikiran Rumi sebagai objek penelitian tidak lepas dari beberapa alasan yang telah dirangkum oleh tim. Antara lain adalah pengaruh pemikiran Rumi telah terdistribusi secara luas ke seluruh penjuru dunia. Begitupun di Indonesia, namanya populer beserta beberapa karya sastranya. Namun, belum ada seorang pun yang membahas teori Rumi tentang moderasi beragama. Tim akhirnya memutuskan untuk menjadi inisiator.
 
Selanjutnya, secara garis rekam jejak sejarah, Nusantara dan Turki memiliki hubungan yang erat. Interaksi kebudayaan dan agama antara keduanya telah terjalin dengan erat sejak masa dulu. Hubungan perdagangan dan diplomatik juga telah indah terangkai. Contohnya, penemuan kubah masjid khas Turki yang ditemukan di daerah Sulawesi. Hal ini mendukung adopsi pengamalan teori moderasi yang telah terlaksana di Turki  untuk Indonesia.
 
Ajaran tasawuf Rumi juga telah sampai ke Indonesia. Salah satunya lewat adalah Tarekat Maukayat. Meski namanya masih terdengar asing, namun tarekat pengikut Rumi ini telah menjadi acuan pembelajaran tasawuf di Indonesia khususnya model ekstasi Rumi yang lebih akrab disebut 'Sema'. Bukti manifestasi pengaruh tasawuf 'Sema' ini tersimpan dalam praktik dan akomodasi model Tarekat Naqsabandiyah Haqqani.
 
Selanjutnya, peneliti menggali informasi dan status quo dari tempat di mana Rumi menghabiskan masa hidupnya untuk berkarya. Sehingga, penelitian ini akan memudahkan teknik adopsi pemikiran Rumi untuk segera diaktualisasikan di Indonesia. 
 
Hasil penelitian Badan Litbang dan Diklat Kemenag tahun 2019 tentang kebijakan yang terjadi dewasa ini merumuskan bahwa pemikiran Rumi belum sama sekali teraplikasi dalam kebijakan. Wujud Rumi di Indonesia masih berupa literasi yang dituliskan dalam naskah-naskah kuno, orang yang menciptakan biografi Rumi, terjemahan para ahli tentang pemikiran dan kehidupan Rumi seperti Ratapan Kerinduan Rumi, yang diterbitkan oleh beberapa penerbit kawakan seperti Mizania dan Mizan. Di samping bentuk literasi, praktik ritual sufi khas Rumi yang dikenal dengan tarian sufi kini semakin marak di Indonesia. Perkembangannya berada di daerah Aceh, Jawa Tengah, dan Jakarta. 

Sayang sekali, pemikiran Rumi mengenai moderasi agama masih jarang dibahas dalam praktik kehidupan bangsa ini. Secara lebih intens dalam kalangan siswa dalam bentuk muatan lokal atau kurikulum agar supaya pemahaman tersebut tidak hanya dipelajari oleh orang-orang yang ingin belajar mengenai tasawuf, namun juga sampai ke tingkat pelajar.       
 
Berdasarkan temuan tersebut, para peneliti akhirnya merekomendasikan hasil dari penelitian ini adalah untuk menyarankan kepada para stakeholder terutama di Kementerian Agama.
 
Pertama, menambah intensitas doktrinisasi moderasi beragama yang inklusif, komprehensif, dan manusiawi kepada kaum yang sering bersinggungan dengan agama, praktiknya dan pemahamannya. Entah kelompok eksklusif dan sektarian maupun yang sekuler dan radikal.
 
Kedua, meningkatkan proyektivitas program dalam rangka moderasi beragama baik lewat penelitian, pengembangan, ataupun aksi sosial keagamaan seperti diskursus lintas agama berbasis kedamaian seperti teori Rumi yang sarat akan nilai cinta dan hati nurani. 
 
Ketiga, membukukan konsep-konsep Rumi agar lebih mudah tersebar. Hal teknis ini akan sangat aplikatif dalam mendistribusikan pemikiran tasawuf Rumi dalam teks moderasi beragama khususnya untuk dimuat dalam kurikulum lembaga pendidikan.
 
Keempat, membuat buku saku yang berisi kajian tasawuf Rumi. Buku saku dalam artian penyederhanaan linguistik agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas. Dengannya, proses perajutan hati nurani masyarakat akan lebih mudah. 
 
Penulis : Eva Khumairoh
Editor: Kendi Setiawan