Sukabumi, NU Online
Sebanyak 850 Pesantren penyelenggara pendidikan dijadikan target riset pengajian Kitab Kuning. Penelitian yang diinisiasi Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag RI melibatkan para peneliti internal Puslitbang tersebut dan peneliti dari kampus dan perwakilan ormas Islam.
Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Amsal Bachtiar mengabarkan hal tersebut di kantornya usai melepas tim terjun ke lapangan. Akar historis pesantren, kata dia, merupakan lembaga pencetak dan pengkaderan ulama. Sebagian besar ulama dilahirkan oleh pendidikan pesantren dan sejenisnya.
“Maka fungsi pesantren sebagai lembaga reproduksi ulama hendaknya terus didorong untuk tetap dipertahankan keberlangsungannya agar pesantren yang ada saat ini tetap mampu melahirkan ulama-ulama yang mutafaqqih fi al-din, karena hal itu merupakan tugas utama pendidikan pesantren,” ujar Amsal.
Dalam perkembangan mutakhir, lanjut dia, banyak lembaga pesantren yang mengembangkan pilihan pendidikan dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Implikasinya saat ini terdapat diversifikasi layanan pendidikan di pesantren.
“Realitas inilah yang ditengarai berimplikasi kepada intensitas santri dalam mengikuti pengajian kitab kuning di pesantren. Ini pula yang melatari mengapa penelitian ini penting dilakukan,” tandas pria asal Padang ini.
Menurut Koordinator Riset, Nunu A Annahidl, penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Adapun besaran sampel survei pada tingkat kepercayaan 95% (MoE 3,5%) adalah 850 pesantren. Sampel diambil dengan menggunakan teknik multistages cluster proporsional random sampling.
“Wilayah sasaran penelitian terdiri dari 21 kabupaten/kota di 11 provinsi. Daerah yang menjadi sasaran mewakili karakteristik wilayah dan ketersebaran jumlah pesantren secara nasional,” jelas Nunu.
Ia merinci, selain Jakarta Timur di DKI Jakarta ada lima kabupaten untuk daerah di Jawa Barat, yaitu Bogor, Cirebon, Sukabumi, Tasikmalaya, dan Garut. Sementara Provinsi Banten hanya dua kabupaten yakni Pandeglang dan Lebak.
“Total kuesioner di Jabar ada 279 buah. Banten 105 buah dan 4 di Jakarta,” ujarnya.
Untuk Jawa Tengah, lanjut dia, ada tiga kabupaten yakni Grobogan, Jepara, dan Magelang. Sementara di Jawa Timur ada empat kabupaten yaitu Jember, Malang, Sampang, dan Probolinggo.
“Jadi ada 167 kuesioner di Jateng. Sementara di Jatim ada 222 buah,” ungkap pria kelahiran Bandung ini.
Total 777 kuesioner di 14 kabupaten/kota ini, kata Nunu, dikelola langsung oleh petugas di lapangan selama 12 hari. Terhitung mulai Selasa, 24 Oktober hingga Sabtu, 4 Nopember 2017. Sejumlah wilayah di luar Jawa juga terpilih secara random, yakni Padang Sumatera Barat, Palembang Sumatera Selatan, Kabupaten Lampung Tengah Lampung, Kabupaten Lombok Timur NTB, Banjarmasin Kalimantan Selatan, dan Makassar Sulawesi Selatan.
Penelitian tersebut bertujuan ingin memperoleh informasi tentang pelaksanaan pengajian kitab kuning di pesantren yang menyelenggarakan pendidikan madrasah dan atau sekolah formal.
“Ada delapan komponen data yang ingin digali, yaitu kurikulum, proses pelaksanaan, jenjang, jalur, kiai atau ustadz, santri, sarana dan prasarana, serta sistem evaluasi,” pungkas Nunu. (Musthofa Asrori/Kendi Setiawan)
Baca tulisan Kajian Keagamaan lainnya DI SINI