Kudus, NU Online
Ada pesan penting kepada Ansor dan Banser yang dilontarkan oleh ulama muda asal Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, KH Ahmad Nadhif Abdul Mujib. Pesan itu antara lain agar para kader yang tergabung dalam Ansor maupun Barisan Ansor Serbaguna (Banser) ini mau menjaga atributnya yang memuat lafadz Allah.
Awalnya ia menyinggung kepada oknum-oknum yang dengan percaya diri menulis kalimat tauhid di pakaian mereka. Keheranannya bertambah ketika sebagian orang lantas menuduh Ansor-Banser anti Tauhid. Padahal sehari-hari amaliyah mereka sebagai warga NU pasti lah tidak lepas dari kalimat Lailahaillallah.
“Saya itu malah prihatin dengan kalimat Tauhid yang mereka pasang di baju, ketika bajunya dicuci, campur celana dalam dan sebagainya, apa itu tidak justru merendahkan?” tandasnya.
Makanya, lanjut KH Ahmad Nadhif, kepada Ansor-Banser juga hendaknya berhati-hati kalau masuk ke kamar mandi supaya atribut yang ada logo Bansernya bisa dijaga.
“Sebab di situ ada tulisan Nahnu Anshorullah, kita harus muliakan itu kalimat Allah,” pesannya pada acara Bae Bersholawat dalam rangka sedekah bumi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Bae, Kabupaten Kudus, Selasa (23/7) malam.
KH Ahmad Nadhif juga mengajak kepada masyarakat supaya jangan sampai mau dibenturkan satu sama lain. Baik yang didasari motif politik ataupun agama. “Sekarang tidak ada lagi 01 atau 02, semua menjadi 03 yaitu persatuan Indonesia. Tidak ada cebong atau pun kampret, yang ada ialah Garuda Pancasila,” tegasnya.
Acara ini juga dihadiri oleh Habib Ali Zaenal Abidin Assegaf bersama grup rebana Az-Zahir dari Pekalongan. Ribuan jamaah memadati lapangan yang berlokasi di belakang Balai Desa Bae. Dan seperti biasanya, mereka begitu menikmati lantunan shalawat dan pembacaan maulid yang dibawakan oleh para vokalis Az-Zahir.
Hanya saja, Habib Ali Zaenal Abidin (Habib Bidin) menyebut jika malam itu jamaah seolah kurang bersemangat untuk bersalawat. Dikatakan oleh Habib Bidin, lebih banyak jamaah yang diam ketimbang ikut melantunkan shalawat secara bersama-sama seperti di daerah-daerah lain.
“Entah karena saking terpesonanya, atau apa saya nggak tahu, yang pasti malam ini Kudus tidak begitu semangat seperti sebelum-sebelumnya,” kelakar menantu Habib Luthfi bin Yahya ini.
Ia pun meminta kepada jamaah untuk selalu semangat bershalawat. Habib Bidin bahkan memberi motivasi bahwa di Pekalongan ia selalu menceritakan semaraknya warga Kudus untuk bersholawat. Untuk itu, sekarang juga harus dibuktikan bahwa warga Kudus memang betul-betul cinta shalawat dan bersemangat dalam melantunkan shalawat.
“Semoga dengan begitu kota ini, kabupaten Kudus ini selalu diberi keberkahan dan kemakmuran oleh Allah SWT,” doa Habib Bidin diamini seluruh hadirin. (Farid/Muiz)