Asosiasi Rumpun Keilmuan di Pesantren untuk Dorong Profesionalisme Santri
Senin, 31 Agustus 2020 | 08:00 WIB
Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja, Bnaran, Gunungpati, Kota Semarang KH Agus Ramadlan (Foto: NU Online/Rifqi Hidayat)
Semarang, NU Online
Santri memiliki peran yang penting di dunia pesantren maupun masyarakat, terlebih bagi Pesantren Durrotu Ahlissunnah Wal Jama'ah (Durrotu Aswaja atau PPDA) Banaran, Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah. Para santri secara umum merupakan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang dikenal sebagai salah satu perguruan tinggi ternama.
Pengasuh Pesantren Durrotu Aswaja Semarang, KH Agus Ramadlan mengatakan, dalam perkembangannya, Durrotu Aswaja mendorong para santri mahasiswa harus lebih peka terhadap perkembangan zaman, terutama menjawab tantangan profesionalisme dengan membentuk Asosiasi Rumpun Keilmuan Aswaja (ARKA).
"Kita dukung selama kegiatan itu positif dan bermanfaat. Dengan catatan tidak mengganggu ngaji di pesantren," kata Kiai Agus Ramadlan usai kegiatan peluncuran ARKA, peringatan 10 Muharram, dan pemberian santunan anak yatim di PPDA, Sabtu (29/8).
Dikatakan, ARKA merupakan bentuk kelompok belajar atau study club yang berfungsi untuk membantu para santri menekuni rumpun keilmuan dan juga menjadi ajang saling berbagi ilmu dan pengalaman.
"Jadi semisal ada kesulitan-kesulitan saat kuliah bisa didiskusikan, berbagi pengalaman dan materi. Sehingga bisa lulus sesuai waktunya," tuturnya.
Disampaikan, Pesantren Durrotu Aswaja memiliki keunggulan sumber daya manusia (SDM) yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan pesantren maupun Nahdlatul Ulama. Karena itu harus dikelola supaya santri dapat mencapai target belajar di pesantren maupun bangku perkuliahan.
"Santri di sini (PPDA) belajar ilmu agama dengan kurikulum pesantren dan di kampus belajar profesional sesuai dengan jurusannya. Jika dikolaborasikan tentu hasilnya baik bagi pesantren maupun NU," tuturnya.
Untuk mencapai hasil pendidikan yang maksimal, Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU Kota Semarang juga meminta setiap rumpun keilmuan membuat organisasi sendiri yang dinaungi ARKA.
"Harapannya nanti para santri menjadi santri unggul yanh berprestasi di lingkungan kampus tanpa meninggalkan kewajiban sebagai santri. Juga memiliki sumbangsih terhadap pondok," harapnya.
Secara lebih detail Tohiran yang didaulat sebagai Ketua ARKA menerangkan, organisasi yang dbentuk di lingkungan pesatren merupakan unit kegiatan santri (UKS) yang menjadi asosiasi bagi 31 rumpun keilmuan santri mahasiswa PPDA.
"Karena kita dekat dengan Unnes dan lebih dari 90% santri sebagai mahasiswa Unnes. Jadi dalam pembentukan asosiasinya masih banyak yang mengacu dengan prodi (program studi) yang ada di Unnes dengan tidak mengesampingkan santri mahasiswa dari selain Unnes," ungkapnya.
Dengan pembentukan asosiasi keilmuan ini sambungnya, diharapkan kendala yang dialami santri, utamanya di bidang akademik dapat diselesaikan bersama dengan bantuan berbagai pihak.
"Pesantren juga sudah ada beberapa UKS, salah satunya lembaga bahasa asing. Nanti bisa diambilkan pengajarnya di asosiasi bahasa. Ada juga bidang kehumasan atau publikasi yang bisa diambilkan dari asosiasi teknologi informasi, dan sebagainya," jelasnya.
Kehadiran ARKA diharapkan lebih bisa mengabdikan ataupun mentasharufkan ilmu dan keterampilannya untuk perkembangan serta kemajuan pesantren. "Jadi lebih mudah melakukan pengeplotan kemampuan santri. Sewaktu-waktu dibutuhkan langsung bisa dicarikan personelnya," tutupnya.
Kontributor: Ahmad Rifqi Hidayat
Editor: Abdul Muiz