Atasi Kelemahan Daring, SMK Islam Bustanul Ulum Jember Maksimalkan ‘Home Visit’
Senin, 24 Agustus 2020 | 05:30 WIB
Ruang kelas terapung SMK IBU Jember, untuk refreshing agar siswa tidak jenuh. (Foto: NU Online/Aryudi AR)
Jember, NU Online
Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem Daring (dalam jaringan) dalam beberapa bulan terakhir menjadi keniscayaan menyusul menyebarnya wabah Corona di Indonesia. Namun sistem Daring mempunyai sejumlah kelemahan lantaran tidak semua siswa mampu ‘bermain’ Daring dengan beragam alasan. Di antaranya adalah gelombang sinyal yang kadang tidak lancar. Dan juga, biaya paketan menjadi kendala tersendiri.
Selain itu, tidak semua siswa memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan menerima pelajaran dengan menggunakan internet. Dan bagi siswa yang tidak konsentrasi dan malas-malasan dalam menjalankan KBM secara Daring, tentu menjadi sebuah beban tersendiri. Sebab, sesi tanya jawab tidak sebebas saat pelajaran digelar dengan tatap muka.
Namun bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Bustanul Ulum (IBU) Pakusari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, kendala tersebut tidak menjadi masalah. Sebab para guru sekolah tersebut memaksimalkan home visit untuk mendongkrak keberhasilan KBM secara Daring.
“Home visit sejak awal kami lakukan, tapi kali ini kami tingkatkan agar guru bisa mengajar murid yang bermasalah secara langsung,” ujar Wakil Kepala SMK IBU Pakusari, Jember, Muhammad Muslim di Jember, Ahad (23/8).
Home visit adalah kunjungan langsung ke rumah siswa atau murid oleh seorang tenaga pendidik. Tujuannya untuk melihat keadaan anak didik di lingkungan keluarganya. Ini penting karena keberhasilan anak didik tidak lepas dari kondusivitas keluarganya. Dengan home visit, maka tenaga pendidik atau pihak sekolah dapat mengetahui informasi secara langsung terkait didik di rumahnya.
“Sehingga jika ada permasalahan bisa segera dicarikan jalan keluarnya,” tambah Muslim.
Pengasuh Pesantren IBU, KH Muhammad Hafidi, menegaskan bahwa pihaknya mewajibkan kepala sekolah dan semua guru untuk melakukan home visit, dan meningkatkan volumenya di saat pembelajaran menggunakan Daring seperti sekarang ini. Di samping untuk mengecek kondisi anak didik ‘yang bermasalah’ juga untuk memberikan pelajaran secara langsung di rumah mereka.
“Makanya tak heran jika guru di SMK IBU, bahkan terkadang sampai pulang malam karena masih home visit itu,” jelasnya.
Kiai Hafidi mengaku prihatin dengan kondisi sekarang ini. Wabah Corona disebutnya tidak cuma membahayakan jiwa manusia dan memporak-porandakan perekonomian, tapi juga berimplikasi terhadap dunia pendidikan. Pembelajaran dengan sistem Daring jelas tidak ideal tapi harus dijalani karena pendidikan tak boleh macet.
“Karena itu, kita selalu berdoa agar Corona cepat hilang, mohon dijauhkan dari anak didik kita karena mereka adalah generasi harapan bangsa,” urainya.
Meskipun menggunakan Daring, namun kebiasaan membaca surat Yasin dan membaca shalawat nariyah 5 kali sebelum pelajaran dimulai, tetap dilaksanakan di lingkungan SMK IBU. “Itu bagian dari doa kita agar ilmu yang diperoleh anak-anak, barakah. Kuncinya ilmu ‘kan barakah,” jelas Kiai Hafidi.
Saat ini jumlah murid SMK IBU mencapai 2.146 orang. Hampir semuanya berasal dari keluarga tidak mampu. Karena itu, mereka dan semua murid lembaga formal (SMP, SD, dan MI) di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Ulum, tidak dipungut biaya apapun alias gratis.
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Abdul Muiz