Daerah

Banjir Sumatra Rusak 157 Ribu Rumah, Ansor Sumbar Desak Percepatan Hunian Sementara

Kamis, 25 Desember 2025 | 19:00 WIB

Banjir Sumatra Rusak 157 Ribu Rumah, Ansor Sumbar Desak Percepatan Hunian Sementara

Kondisi rumah warga di Kebupaten Agam, Sumatra Barat. (Foto: dok PCNU Agam)

Jakarta, NU Online

Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra menyebabkan kerusakan besar pada permukiman warga. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Rabu (24/12/2025) pukul 20.00 WIB, tercatat 157.838 unit rumah rusak, terdiri atas 47.165 unit rusak berat, 33.276 unit rusak sedang, dan 77.397 unit rusak ringan.


Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sumatra Barat, Yosef Firman Susilo, menegaskan bahwa persoalan paling mendesak saat ini bukan hanya pemenuhan logistik pangan, melainkan penyediaan hunian sementara (huntara) bagi para penyintas bencana.


“Ke depan yang mereka butuhkan adalah hunian sementara. Saat ini mereka masih berada di tenda-tenda pengungsian, bercampur di masjid dan musala. Ini sudah memasuki minggu keempat, tentu harus dipikirkan bagaimana mereka dan keluarganya bisa tinggal dalam satu rumah, meskipun sederhana,” ujarnya kepada NU Online, Selasa (23/12/2025).


Yosef menilai, pembangunan hunian sementara berjalan terlalu lambat dan berpotensi memperpanjang penderitaan warga terdampak.


“Yang mesti dipercepat itu hunian sementara. Memang sudah ada yang mulai dibangun, tetapi prosesnya harus dipercepat oleh pemerintah karena jumlah penyintas juga cukup banyak,” katanya.


Menurutnya, keberadaan hunian sementara sangat penting agar para penyintas dapat kembali menjalani kehidupan yang lebih layak. Saat ini, banyak keluarga masih harus berbagi ruang di tenda pengungsian.


“Setidaknya mereka yang sekarang berada di tenda-tenda itu bisa memiliki hunian sementara, satu keluarga satu tempat, tidak bercampur dengan banyak keluarga lain,” tegasnya.


Ia menyebutkan, pemerintah merencanakan pembangunan hunian sementara di wilayah Salareh Aia dan Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan. Namun, ia mengingatkan agar proses tersebut tidak berhenti pada tahap perencanaan.


“Kalau kita melihat besarnya kebutuhan di lapangan, tentu ini tidak bisa ditahan terlalu lama,” ujarnya.


Selain merusak rumah warga, bencana ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur publik. BNPB mencatat kerusakan pada sekitar 1.900 unit fasilitas umum, 200 fasilitas kesehatan, 875 fasilitas pendidikan, 806 rumah ibadah, 291 kantor, dan 734 jembatan.


Jumlah korban meninggal dunia akibat rangkaian bencana di Sumatra terus bertambah menjadi 1.129 jiwa. Kabupaten Aceh Utara menjadi wilayah dengan korban meninggal terbanyak, yakni 203 jiwa, disusul Kabupaten Agam dengan 191 jiwa. Selain itu, 174 orang masih dalam pencarian, sekitar 7.000 orang mengalami luka-luka, dan 486.300 warga masih mengungsi.


Di Provinsi Aceh, total korban meninggal dunia mencapai 497 jiwa, dengan Aceh Utara sebagai daerah paling terdampak. Sebanyak 471.100 warga masih mengungsi, 4.300 orang terluka, dan 31 orang dilaporkan hilang.


Sementara di Sumatra Barat, jumlah korban meninggal dunia tercatat 261 jiwa, dengan Kabupaten Agam menempati posisi tertinggi. Di wilayah ini, 382 orang mengalami luka-luka, sekitar 4.300 warga Kabupaten Agam masih mengungsi, dan 72 orang masih dalam proses pencarian.


Adapun di Sumatra Utara, korban meninggal dunia mencapai 371 jiwa, dengan Kabupaten Tapanuli Tengah mencatat korban terbanyak, yakni 133 jiwa. Hingga kini, 2.300 orang masih menjalani perawatan medis, 71 orang belum ditemukan, serta 10.900 warga di Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan masih mengungsi.

 

===========

Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.