Pati, NU Online
Akhir pekan lalu, para santri di berbagai pesantren telah selesai mengaji pasanan atau pengajian Ramadhan. Salah satunya Pesantren Krapyak Yogyakarta. Sebagian besar dari mereka pun mudik ke kampung halaman masing-masing.
Lalu, apa saja aktivitas atau kegiatan yang bisa dilakukan para santri di kampung halaman? Sepanjang perjalanan mudik bareng Kemenag/PBNU dan ormas Islam, NU Online menghubungi sejumlah pengasuh atau pengajar di sejumlah pesantren.
Salah seorang pengajar Pesantren Krapyak KH Hilmy Muhammad atau akrab disapa Gus Hilmy mengatakan bahwa karena liburan puasa dan Syawal lumayan lama, pihaknya memberi beberapa tugas kepada santri.
“Antara lain bagi santri yang sudah dianggap mampu, memberi kultum atau pengajian di masjid, mushala di lingkungannya. Bagi yang dianggap belum mampu, mereka disuruh ikut pengajian tertentu yang ada di daerah tersebut,” ujar Gus Hilmy kepada NU Online, Selasa (18/4/2023) malam.
Menurut Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini, pada saat Syawal para santri ditugasi ikut serta dalam kegiatan pengumpulan, pengelolaan, dan distribusi zakat.
Selain itu, mereka ditugasi mengawali takbiran, atau persiapan shalat Idul Fitri, atau pelaksanaan Syawalan di kampung mereka masing-masing.
“Itu tugas-tugas yang bisa dikerjakan oleh santri. Mereka dibekali buku atau kertas lembar laporan yang setiap kegiatannya diketahui oleh orangtua/wali, dan tentu saja, pihak terkait, apakah itu takmir atau panitia,” tutur Gus Hilmy.
“Dengan begitu, anak bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, sekaligus melatih anak untuk bermasyarakat,” lanjut putra pasangan KH M Hasbullah Abdus Syakur dan Hj Hanifah Ali Maksum ini.
Menurut dia, waktu dirinya masih aktif di pesantren, Gus Hilmy melakukan semua itu dan memantau laporan para santri saat mereka telah kembali ke pondok.
“Sekarang saya sudah pensiun (sebagai pengasuh), Mas. Hehe. Ngapunten,” ujar anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) periode 2019-2024 asal DIY ini.
Saat ditanya apakah masih sempat mengajar di pesantren di sela-sela kesibukannya sebagai senator di Jakarta, pria yang juga mengemban amanah sebagai Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini mengaku masih menyempatkan diri.
"Nggih, Mas. Tentulah. Pangestunipun," pungkas Gus Hilmy.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan