Berciri Khas Multikultural, STAI Al-Hidayat Lasem Terima Mahasiswa Difabel
Kamis, 24 September 2020 | 13:15 WIB
Rembang, NU Online
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hidayat Lasem resmi membuka pendaftaran mahasiswa baru pada tahun akademik 2020/2021. Beberapa mahasiswa difabel turut mendaftar sebagai mahasiswa di kampus yang baru pertama dibuka itu.
Ketua Yayasan STAI Al-Hidayat Lasem KH Zaim Ahmad (Gus Zaim) menuturkan, sekolah tinggi tersebut memiliki ciri khas pendidikan multikultural. Oleh karena itu, sangat cocok jika kaum difabel turut mendaftar.
“Dari berbagai latar belakang dan kalangan kami terima. Karena konsep kita multukiltural,” jelas Gus Zaim kepada NU Online melalui telepon pintar, Rabu (23/9).
Cucu salah satu pendiri NU, Mbah Ma’shoem Lasem, ini menegaskan bahwa STAI Al-Hidayat akan dilengkapi fasilitas yang ramah bagi kaum difabel (warga berkebutuhan khusus).
Hal senada juga dibenarkan oleh Ketua STAI Al-Hidayat, KH Sholahuddin Fatawie. Sejumlah mahasiswa difabel, kata dia, terdaftar pada angkatan pertama STAI ini.
Pihaknya berkomitmen memperjuangkan keringanan biaya semester untuk kaum difabel sebagaimana diatur undang-undang. “Bantuan biaya bagi para difabel sangat penting. Akan kami bantu dalam hal ini,” terang Gus Din, sapaan akrabnya.
Ia juga menambahkan, para dosen akan menyiapkan pola pembelajaran dan mendesainnya khusus bagi para penyandang disabilitas.
Disambut sukacita
Dihubungi terpisah, salah satu calon mahasiswa difabel, Nyai Hj Fatimah Asri Mutmainnah, merasa bersukacita dengan dibukanya sekolah tinggi yang dapat menerima mahasiswa difabel itu.
“Mendengar hal itu, saya langsung memutuskan untuk daftar di STAI Al-Hidayat,” terang Umi Aci, sapaan akrabnya, kepada NU Online, Rabu (23/9).
Pengasuh Pesantren Al Aziz Lasem ini mengaku ingin membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang belum dimiliki. Serta ingin memberikan motivasi kepada banyak orang.
“Semoga dapat memotivasi para santri untuk bisa melanjutkan pendidikannya, teman-teman, khususnya teman-teman yang memiliki kebutuhan khusus seperti saya,” ungkapnya.
Ketua PC Fatayat NU Lasem ini menambahkan, di era 4.0 segala sesuatunya akan lebih banyak berkembang. Sehingga jangan sampai status pendidikan akan menjadi ganjalan untuk mendapatkan kesempatan dalam rangka pengembangan diri.
Senada dengan hal tersebut, mahasiswa penyandang disabilitas lainnya, Saswati Ningrum, juga bersyukur dapat diterima di salah satu perguruan tinggi yang ada di Rembang itu.
“Saya senang bisa kembali belajar menuntut ilmu meski dengan keadaan seperti ini. Saya merasa bodoh sehingga harus terus belajar,” terangnya.
Saras, sapaan akrab Saswati, mengaku ingin memotivasi anak-anaknya agar tetap semangat belajar selagi masih muda.
Menurut dia, pendidikan yang kurang akan menyempitkan langkah ketika ingin mengejar sesuatu yang diinginkan. “Oleh karena itu, dengan segala kekurangan, saya ingin terus mengejar ilmu yang belum saya miliki,” pungkas Saras.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori