Surakarta, NU Online
Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Dikdas) Bahasa saat ini telah memasuki babak akhir. Para santri peserta Dikdas tengah disiapkan mengikuti uji kompetensi sebagai instruktur di Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) Pesantren melalui teori metodologi dan praktik di laboratorium microteaching. Di lain sisi, sebagian gedung BLKK yang ada di pesantren juga sudah memasuki tahap akhir.
Peserta Dikdas Bahasa dari PP Falahul Muhibbin Watugaluh Jombang, Zuhdi Ahsan mengungkapkan pengalaman saat mengikuti sesi metodologi dan microteaching di BLK Surakarta, Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah.
"Saya sudah pernah mengikuti pelatihan K13 di Jombang, ada microteaching juga," kata Zuhdi di sela kegiatan, Selasa (10/9).
Meski demikian, dirinya mengaku metodologi dan microteaching di BLK Surakarta lebih efisin dalam sajiannya. "Bedanya, materi di BLK lebih simpel dan mudah dipahami. Sehingga dalam apilikasinya lebih mudah," ungkapnya.
Selain itu, sambungnya, meski sama-sama menggunakan session plan, namun di BLK dalam orientasinya lebih jelas dan arahnya lebih detail. Karenanya dirinya berharap pengalaman selama pelatihan dapat diaplikasikan di berbagai kesempatan.
Wali kelas Dikdas Bahasa Riscy Devi Puspandari menambahkan, BLKK dapat menunjang santri dan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan keterampilan lain.
"Menurut saya, adanya BLKK ini membantu siswa pesantren dan mungkin juga masyarakat sekitar pesantren untuk mendapatkan keterampilan yang menunjang ilmu yang mereka dapatkan di pesantren," kata Mrs Riscy.
Lebih lanjut ia kemukakan pendapatnya, para santri yang mengikuti Dikdas memiliki skill yang cukup untuk menjadi instruktur. "Untuk calon instruktur ya sesuai yang dipelajari di metodologi. Mereka punya keterampilan materi teknis dan metodologi," ucapnya.
Namun demikian, dirinya tidak menampik memang ada sebagian santri yang terbilang masih membutuhkan pendampingan agar memiliki kompetensi sesuai yang diharapkan.
"Selama saya jadi instruktur, kendalanya biasanya menghadapi siswa yang berbeda-beda tiap angkatan. Ada yang fast, ada yang slow. Basic pendidikan mereka juga berbeda-beda. Apalagi karakter masing-masing, pasti berbeda," ujarnya.
Ditambahkan, BLK Surakarta merupakan salah satu dari BLK yang mendapatkan tugas dari Kemenaker RI dalam mencetak instruktur dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Sehingga, BLK Komunitas pesantren diharapkan mampu mencetak tenaga kerja dengan kemampuan yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan.
Pewarta: A Rifqi H
Editor: Ibnu Nawawi