Bukit Rajawali, Lokasi Baru Pengembangan Pesantren Tahfiz Al Husna Pringsewu
Senin, 3 Agustus 2020 | 09:09 WIB
Pengasuh Pesantren Tahfiz Al Qur'an Al Husna Pringsewu, KH Abdul Hamid di lokasi pengembangan baru di Bukit Rajawali. (Foto: Istimewa)
Pringsewu, NU Online
Animo masyarakat untuk mendidik anaknya di pesantren semakin tinggi. Di tengah modernitas zaman dan semakin banyaknya degradasi moral para pemuda, pesantren menjadi solusi untuk mencegah itu semua. Masyarakat sudah mulai sadar pentingnya generasi qurani yang setiap tarikan hembusan napasnya diwarnai kalam suci ilahi.
Inilah yang saat ini memunculkan banyak pesantren yang memiliki spesialisasi untuk menghafalkan Al-Qur'an. Di antaranya adalah Pesantren Tahfizul Qur'an Al Husna Pringsewu, Lampung yang diasuh oleh KH Abdul Hamid Al Hafid.
Bermula dari keinginan beberapa orang wali murid yang ingin anaknya dibimbing untuk menghafal Al Qur'an di rumahnya, sekarang pesantren asuhan Ketua Rabitah Maahid Islamiyah (RMI) NU ini sudah memiliki ratusan santri.
Kondisi kediamannya yang tidak memungkinkan lagi untuk menampung santri, 'memaksa' Kiai Hamid untuk menyewa rumah petak (kos-kosan) yang kebetulan berada di depannya. Awalnya hanya 4 kamar yang disewanya, namun seiring bertambahnya santri belum lama ini ia harus menyewa kembali rumah petak disamping kediamannya.
Saat ini sudah 12 kamar yang dikontrak sebagai tempat tinggal sementara para santri dan santriwati. Karena masih padatnya santri yang menempati setiap kamarnya, bulan depan pesantren akan menyewa sebuah rumah lantai 2 di sebelah utara pesantren tersebut.
"Alhamdulillah saya diberi kepercayaan untuk mengasuh para santri. Sarana dan prasarana terus kami perbaiki. Selain memaksimalkan rumah petak yang kami sewa, Alhamdulillah sudah ada lokasi pengembangan baru di Bukit Rajawali, Desa Podomoro," kata doktor penghafal Qur'an pertama di UIN Raden Intan Lampung ini, Senin (3/7).
Peletakan batu pertama jelasnya, sudah dilakukan pada Ahad (2/7) oleh Bupati Pringsewu H Sujadi dan Wakil Bupati Pringsewu H Fauzi. Keluarga besar NU Pringsewu juga hadir pada acara tersebut di antaranya Rais Syuriyah PCNU Pringsewu KH Ridwan Syuaib dan Ketua PCNU Pringsewu H Taufik Qurrahim.
Para kiai dan tokoh masyarakat juga hadir untuk bersama-sama mendoakan agar pesantren tersebut dapat berkembang dengan baik dan senantiasa istikamah mencetak para hafiz dan hafizah.
"Menjadi kebahagiaan bagi saya ketika para masyayikh hadir untuk memberikan doa. Ini menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk lebih semangat berkhidmah melalui pengembangan pesantren ini," ungkap kiai muda yang juga Ketua MUI Kecamatan Pringsewu ini.
Kenapa Bukit Rajawali?
Saat peletakan batu pertama pengembangan Pesantren Al Husna, Bupati Pringsewu KH Sujadi sudah berada di lokasi sebelum subuh. Beliau melaksanakan shalat subuh di lokasi calon masjid pesantren yang dulu bernama Bukit Bintang dan diubah menjadi Bukit Rajawali.
"Kita namakan Bukit Rajawali dengan harapan mendapatkan barakahnya Sulthanul Aulia Syekh Abdul Qadir Jailani, rajanya para wali," katanya.
Rajawali juga menggambarkan kebebasan dan kekuatan untuk terbang tinggi di angkasa. Dengan dinamai Rajawali diharapkan para santri memiliki keluasan pemahaman terhadap Al-Qur'an, mudah menghafalkan, dan mampu meraih cita-cita setinggi-tingginya.
"Minta doanya dari seluruh masyarakat, mudah-mudahan keberkahan kami dapatkan dari semua ikhtiar yang kami lakukan. Doa para kiai yang hadir mudah-mudahan juga semakin menjadikan hajat kami diijabah oleh Allah," harapnya.
Bukan hanya kiai dari dalam Kabupaten Pringsewu saja yang hadir pada peletakan batu pertama, beberapa kiai dari luar daerah juga hadir di antaranya salah satu Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, KH Rofiuddin Mahfuz Al Hafiz, Rais dan Mudir Jatman Habib Yahya Assegaf dan Habib Asadullah Assegaf.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin