Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pengurus Wilahayah Nahdlatul Ulama (LTN PWNU) Kalimantan Barat, Profesor Ibrahim saat mengisi Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Muslimat NU Kalbar, Selasa (26/10/2021) di Grand Mahkota Hotel Kota Pontianak. (Foto: Siti Maulida)
Pontianak, NU Online
Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pengurus Wilahayah Nahdlatul Ulama (LTN PWNU) Kalimantan Barat, Profesor Ibrahim menyampaikan pentingnya guru menjadi agen perdamaian dan moderasi beragama.
Dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Muslimat NU Kalbar, Selasa (26/10/2021) di Grand Mahkota Hotel Kota Pontianak, ia memaparkan moderasi beragama adalah praktik keagamaan yang senantiasa berada di jalan tengah, inklusif, tidak ekstrem baik kiri maupun kanan dan senantiasa bersikap tawasuth, tawazun, tasamuh, dan ‘ta’adul.
"Moderasi beragama dianggap penting dalam rangka menghadapi realitas budaya hari ini yang beragama serta munculnya gerakan-gerakan ekstremisme dan radikalisme," ujarnya.
Menurut Guru Besar Ilmu Komunikasi IAIN Pontianak ini, moderasi beragama dapat diterapkan dengan beberapa cara. Pertama, penguatan sikap, cara pandang, dan praktik beragama dalam tataran individu, keluarga, berbangsa, dan bernegara. Pribadi seseorang yang ingin menerapkan moderasi beragama harus moderat terlebih dahulu sebelum mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai moderasi beragama pada orang lain.
"Kedua, penguatan harmonisasi kehidupan beragama. Hal ini karena kita hidup dalam realitas kehidupan beragama yang beranekaragam serta bergaul dengan mereka yang berbeda agama. Oleh karenanya, kerukunan itu harus dibangun," jelas Profesor Ibrahim.
Selanjutnya penguatan relasi agama dan budaya. Agama tidak pernah hidup sendiri karena agama senantiasa bersentuhan dengan kebudayaan dan kemudian melahirkan praktik-praktik keagamaan. Ia mencontohkan adanya pakaian Muslim dan Al-Qur'an yang diturunkan dalam Bahasa Arab.
Keempat, peningkatan kualitas layanan kehidupan beragama. Tujuan agama ialah memberikan kedamaian dan kesejahtreaan serta menjadikan hidup seseorang tenteram dan aman. Oleh karenanya,moderasi beragama harus memperkuat tujuan-tujuan keagamaan itu.
"Yang terakhir adalah pengembangan ekonomi dan sumber daya keagamaan. Agama juga perlu terlibat aktif dalam pengembangan sumber daya manusia dan ekonomi para pemeluknya," imbuhnya.
Ia menambahkan, dalam konteks pendidikan Islam, guru hendaknya memiliki ciri-ciri yang menjadi ciri guru yang berintegritas dan moderat. Di antaranya tidak ekstrem baik kiri maupun kanan, menempatkan agama sebagai jalan hidup, tidak anti dengan perbedaan pandangan, menghidari sikap evaluatif dalam terhadap perbedaan, memandang perbedaan sebagai hal positif, memahami orang lain dan tidak merasa benar sendiri, serta senantiasa menebarkan Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Kontributor : Siti Maulida
Editor: Kendi Setiawan