Dari Bank Sampah, NU Tugusari Jember Cukupi Pendanaan Organisasi
Selasa, 22 September 2020 | 13:15 WIB
Sejak 2014, bank sampah NU Tugusari, Bangsalsari, Jember menopang kemandirian organisasi. (Foto: Istimewa)
Jember, NU Online
Kebutuhan terhadap dana seringkali menjadi kendala serius dalam berkegiatan bagi organisasi kemasyarakatan. Namun, bagi Ranting NU Tugusari, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, persoalan dana saat ini tidak begitu menjadi masalah. Itu terjadi sebab Ranting NU yang satu ini cukup kreatif untuk mencari sumber dana, pasalnya NU Tugusari membentuk Bank Sampah.
Ketua Ranting NU Tugusari, Kecamatan Bangsalsari, Ustadz Hasbullah mengatakan, Bank Sampah sudah didirikan sejak tahun 2014. Pelan-pelan Bank Sampah ini berjalan, dan terus berkembang hingga akhirnya semakin lancar. Hasil uang dari penjualan sampah itu tergolong cukup untuk kas Ranting NU Tugusari.
"Alhamdulillah, ada pemasukan untuk Ranting NU meski tidak begitu banyak," ucapnya kepada NU Online di kediamannya, Selasa (22/9).
Demi ketertiban administrasi sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat, akhirnya dibentuk Yayasan Raudlatul Jannah. Yayasan di bawah naungan Ranting NU Tugusari inilah yang mengelola hasil Bank Sampah tersebut.
Kata Ustadz Hasbullah, berhasil tidaknya Bank Sampah yang dikelolanya tidak hanya bergantung kepada pengurus tapi juga kepercayaan masyarakat. Sebab, masyarakat secara tidak langsung ikut membantu kelancaran pengumpulan sampah.
"Misalnya, warga yang mempunyai hajatan, itu sampahnya sudah ditumpuk, kita tinggal ambil saja. Bukan hanya sampah, tapi rongsokan juga kita butuh," tuturnya.
Semangat para pengurus
Ustadz Hasbullah menambahkan, lancarnya usaha sampah itu tak lepas dari semangat para pengurus untuk membantu pendanaan NU. Sebelum mendirikan Bank Sampah, katanya, para pengurus NU melakukan sosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Intinya, Ranting NU minta bantuan warga agar merelakan sampah dan rongsokan yang tidak terpakai untuk diberikan kepada Bank Sampah milik Ranting NU Tugusari.
"Ternyata warga tidak keberatan. Mereka malah membantu kita. Mereka ngasih cuma-cuma sampah-sampah itu," jelasnya.
Sampah-sampah dan rongsokan yang telah dikumpulkan di gudang, kemudian dipilah sesuai dengan jenisnya. Jika sudah banyak, lalu dijual kepada pengepul di Mojokerto. Dalam setahun, penjualan sampah mencapai 3 hingga 4 kali. Keuntungan yang diperoleh dalam setahun mencapai Rp10 juta sampai Rp12 juta.
Penghasilan dari penjualan sampah itu lalu dimasukkan ke kas Ranting NU, tentu setelah dipotong operasional, misalnya bensin pick up milik yayasan untuk mobilitas pengambilan sampah di rumah-rumah warga.
"Dari dana itu, kami setiap tahun bisa melaksanakan santunan dua kali untuk anak yatim dan fakir miskin dengan jumlah penerima ratusan orang," paparnya.
Jadi contoh kemandirian
Dihubungi terpisah, Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bangsalsari, Jember, Sutrisno menyatakan bangga dengan usaha yang dilakukan Ranting NU Tugusari dengan mendirikan Bank Sampah.
Menurutnya, hal tersebut patut dicontoh oleh Ranting NU yang lain untuk menunjang kemandirian organisasi.
"Tidak sekadar mandiri tapi juga bisa memberikan manfaat kepada masyarakat," jelasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Kendi Setiawan