Diskusi Publik di UIN Yogyakarta Bahas Moderasi Beragama sebagai Bekal Kehidupan dalam Realitas
Selasa, 14 Maret 2023 | 22:00 WIB
Salah satu narasumber Minanur Rohman menerima piagam usai kegiatan Diskusi Publik bertajuk Rekonstruksi Moderasi Beragama di Era Cyber di Gedung Teatrikal FDK, UIN Sunan Kalijaga, Selasa (14/3/23). (Foto: istimewa)
Yogyakarta, NU Online
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Diskusi Publik bertajuk Rekonstruksi Moderasi Beragama di Era Cyber. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Teatrikal FDK, UIN Sunan Kalijaga, Selasa (14/3/23).
Acara yang dibuka oleh Prof Casmini dengan semangat narasi yang ditujukan kepada kaum muda. Saat ini, kata dia, media sosial tengah diduduki oleh golongan kaum muda.
"Itu prioritasnya lebih tinggi, sehingga kegiatan diskusi publik dengan tema Rekonstruksi Moderasi Beragama sangat urgen, sebab memasuki dunia abstrak ini perlu disemarakkan kembali mengenai moderasi beragama," bebernya.
Baca Juga
Moderasi Beragama dan Urgensinya
Kegiatan ini menghadirkan 3 narasumber yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang moderasi beragama, yakni Minanur Rohman finalis Aksi Indosiar 2015, Achmad Jauhari Umar yang merupakan praktisi dakwah di media sosial, dan Evi Septiyani Tavip Hayati dosen UIN Sunan Kalijaga sekaligus pernah berada di lingkup agama yang beragam.
"Tradisi filsafat kontinental cenderung memiliki pandangan suram dan pesimistik terhadap perkembangan teknologi. Kemajuan dalam bidang teknologi adalah ancaman bagi manusia atau teknofobia," Minanur Rohman menjelaskan.
Baca Juga
Cara-Cara Menerapkan Moderasi Beragama
Sementara itu, melalui wajah pergerakan sebagai praktisi di media sosial Achmad Jauhari Umar memaparkan, relasi agama dan media bukan lagi menampilkan mediasi agama, akan tetapi mulai memasuki tahap meditasi agama.
"Jika mediasi agama hanya sebuah sarana penghubung antara audiens dan istitusi keagamaan, meditasi agama berperan sebagai kurir utama dalam ideologi," ujarnya.
Peserta yang merupakan mahasiswa di berbagai kampus diberi sajian menarik agar tidak terlalu kaku dan hanya bersifat tekstual saja dalam memahami agama.
“Acara ini bukan semata memahami moderasi beragama secara teks tetapi konteks, sehingga peserta tidak kaget ketika dipertemukan dengan pernak-pernik kehidupan yang beragam," kata Baidawi, ketua panitia.
Salah satu peserta, Indah Dwi mengaku termotivasi pada acara tersebut. Ia berharap untuk dapat merealisasikan di masyarakat.
"Saya termotivasi dengan acara diskusi publik ini. Apalagi jika saya dapat mempraktikkan nilai-nilai moderasi beragama di tengah kehidupan yang beragam," kata Indah.
Kontributor: Mochamad Aris Yusuf
Editor: Kendi Setiawan