Para guru Nahdlatul Ulama (NU), terutama yang mengajar di Lembaga Pendidikan Maarif, diajak untuk menerapkan metode pembelajaran kreatif, agar dapat merangsang potensi, minat dan kecerdasan peserta didik.
Demikian salah satu kesimpulan “Workshop Metode Pembelajaran Kreatif” yang diadakan Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar NU bekerja sama dengan British Council di Aula Pengurus Cabang NU Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (23/8) lalu.<>
Kegiatan yang merupakan program lanjutan dari Education Management Training di Universitas Leeds, Inggris, diikuti 30 peserta utusan pimpinan cabang IPNU yang berstatus guru dari Magelang, Purworejo, Temanggung dan Wonosobo.
Fasilitator workshop itu adalah Ahmad Bahruddin, Kepala SMP Qoryah Thoyyibah, yang dikenal karena menerapkan model pembelajaran kreatif. “Guru itu jangan terlalu menggurui, karena malah menghambat perkembangan kreativitas anak,” katanya.
Menurutnya, fungsi guru adalah mitra dan fasilitator bagi pengembangan anak. Potensi anak yang seharusnya berkembang maksimum, seringkali malah terganggu oleh peran guru yang terlalu dominan dan mengajari.
Sebelum workshop, di tempat yang sama diadakan sarasehan pendidikan “Menerapkan Paradigam yang Mencerahkan”, dengan pembicara Ketua Umum PP IPNU, Idy Muzayyad, Anggota DPRD setempat, Syukur Ahadi, dan praktisi pendidikan NU, Dulchori Arif.
Idy mengatakan, guru-guru LP Maarif NU perlu menerapkan paradigma dan metode pembelajaran kreatif sebagaimana yang diterapkan di Inggris. “Peserta didik adalah sosok-sosok potensial yang butuh wadah pengembangan agar mereka siap untuk menghadapi masa depan. Para guru bertugas membantu mereka untuk menemukan jati diri mereka sesuai potensi yang ada dalam diri mereka,” ungkapnya.
Karenanya, penting bagi guru untuk menerapkan metode pembelajaran kreatif, misal, tidak melulu di kelas, merangsang ekspresi anak, ditambah pemanfaatan waktu secara efisien. (rif)