Kendal, NU Online
H Alamuddin Dimyati Rois, mengisahkan bahwa sejak kecil tak pernah melihat ayahnya membunuh seekor nyamuk. Hal itu disampaikan pada acara peringatan malam ke-40 wafatnya KH Dimyati Rois yang digelar di Pondok Pesantren Al Fadllu Wal Fadlilah, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Kamis (21/07/2022).
Suatu malam, kenang Gus Alam, ia sedang bersama Abahnya di rumah yang berada di Kampung Djagalan ini. Saat itu ada nyamuk yang menggigit tangan Mbah Dim, secara spontan Gus Alam memukul nyamuk itu sampai mati.
"Jangan dibunuh dong Lam. Diusir saja apa tidak bisa. Kasihan, dia cuma mau makan," ucap Gus Alam menirukan Kiai Dimyati.
Gus Alam juga bercerita ketika menjadi sopir Mbah Dim. Saat itu, ia bersama Mbah Diem sedang dalam perjalanan dari Semarang menuju ke rumahnya. Baru sampai Karanganyar, ada orang telepon yang menunggunya di rumah dan menanyakan posisi. Kemudian dijawab, sampai Mangkang.
"Abah marah kepada saya, jangan sekali-kali kamu ulangi lagi. Ini kan Karanganyar. Jangan membohongi orang. Padahal antara Karanganyar dengan Mangkang itu hanya sedikit, kira-kira 1 menitan,” kata Gus Alam.
.
"Perlu kamu ketahui Lam, hal kecil saja kamu bohong apalagi hal besar. Jangan kamu ulangi lagi," ucapnya menirukan Kiai Dimyati.
Gus Alam juga menceritakan perjalanan Pesantren Al Fadllu Wal Fadlilah yang pada tanggal 15 juli 2022 tepat berusia 37 tahun. "Pesantren ini didirikan sama sekali tidak ada tukang dari luar. Semuanya yang mengerjakan adalah dari santri Al Fadllu sendiri," paparnya.
Dilanjutkannya, selama pengasuhan Abah. Dalam urusan pembangunan, mulai dari pembebasan lahan hingga urusan detail dari pesantren ini murni dibiayai dari dana pribadi keluarga. Tidak ada infaq maupun wakaf dari luar, semuanya murni dibiayai oleh keluarga.
Sejak hari ke 7 hingga hari ke 40 kepergian Abah, 90% kegiatan rutin Mbah Dim seperti ngaji rutinan sudah dilaksanakan. Untuk itu, Gus Alam meminta doa dari semua hadirin agar bisa kuat dan istiqomah meneruskan apa yang selama ini dilakukan oleh ayahnya.
"Kami sadar tidak bisa menyamainya, namun doakan kami supaya bisa meneruskan perjuangan Abah," pungkas Gus Alam.
Kontributor: Ibnu Khaeruddin
Editor: Aiz Luthfi