Gus Fahmi Tebuireng Sebut Perjuangan Insan Pesantren Masih Minim Apresiasi
Sabtu, 6 Agustus 2022 | 16:00 WIB
Jombang, NU Online
KH Fahmi Amrullah Hadziq, cucu pahlawan nasional KH M Hasyim Asy'ari, menyayangkan bahwa sejarah perjuangan insan-insan pesantren tidak banyak dicatat dalam buku sejarah Indonesia. Resolusi Jihad sebagai fakta sejarah, misalnya, masih belum dikenal generasi masa kini.
“Di Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia, peran pesantren dalam perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan masih minim apresiasi,” kata Gus Fahmi kepada NU Online, Jumat (5/8/2022).
Ia mengatakan, fakta sejarah dalam pembangunan negara Indonesia yang tak terbantahkan adalah Resolusi Jihad yang digaungkan insan pesantren. Fakta itu tetap ada meski fatwa yang dikeluarkan KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 itu belum tertulis di buku hingga saat ini.
“Kita masih ingat, Mbah Hasyim dengan Resolusi Jihad-nya. Sayang, resolusi jihad ini tidak masuk dalam buku sejarah. Saya dari SD hingga perguruan tinggi tidak pernah ketemu. Walau pun resolusi jihad tidak pernah masuk dalam buku sejarah. Mbah Hasyim tidak ingin diakui,” jelasnya.
Menurut dia, Pesantren Tebuireng dan Hadratussyekh Hasyim Asy'ari tidak bisa dipisahkan dari perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, beliau digelari sebagai peletak dasar kemerdekaan dari tokoh luar negeri.
“Artinya, peran Tebuireng dan Mbah Hasyim tidak bisa dilepaskan dalam perang kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan,” terang Gus Fahmi.
“Ini kan di masa lalu. Berjuang bagi ulama adalah kegiatan yang luar biasa. Kita yang masih muda, masa depan panjang jangan pernah melupakan sejarah,” imbuhnya.
Hingga saat ini, kata dia, peran menjaga Indonesia terus dilanjutkan oleh keluarga KH Hasyim Asy'ari dan santrinya yang tersebar di seluruh dunia.
Kontribusi alumni Tebuireng cukup besar. Ada yang pernah jadi presiden dan wakil presiden serta jabatan strategis lainnya. Tokoh-tokoh dari Tebuireng bisa mewarnai kehidupan berbangsa dan negara sesuai kemampuan masing-masing.
“Alumni Tebuireng ada di organisasi NU, partai politik, LSM dengan catatan bermanfaat bagi bangsa dan negara,” ungkapnya.
Jelang 100 tahun kemerdekaan Indonesia, Gus Fahmi berharap peran pesantren dalam mengisi kemerdekaan semakin besar. Antara lain menyongsong era teknologi.
Pesantren Tebuireng sendiri menyiapkan diri dengan membuka berbagai unit pendidikan dan cabang. Khusus kader ulama, ada instansi seperti Muallimin dan Ma'had Aly. Untuk kader sains ada MTs, SMP, dan SMA Trensains.
“Kepada santri yang masih aktif hendaknya mengisi hari penuh semangat dengan mencari ilmu. Santri sekarang adalah pemimpin masa depan. Lanjutkan perjuangan pahlawan,” pungkas Gus Fahmi.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Musthofa Asrori