Jombang, NU Online
Dalam Bedah Buku Biografi KH Bisri Syansuri, mantan rais aam PBNU, pada Selasa malam (29/04) di Auditorium Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang, Kiai Shalahuddin Wahid, pengasuh pesantren Tebuireng Jombang tanpa ragu menyatakan bahwa Mbah Bisri itu seorang wali.
<>
“Mbah Bisri itu wali menurut saya. Tidak semua wali itu sakti. Mbah Bisri itu wali yang enggak sakti.”
“Di Matraman ada kiai yang konon dianggap wali. Mbah Wahab luar biasa menghadapi (menghormat dengan luar biasa, red), tapi Mbah Bisri biasa-biasa saja menghadapi “wali” dan saya ikut Mbah Bisri,” ujar Gus Sholah yang juga merupakan cucu Mbah Bisri dari pihak Ibu di hadapan para dzuriyah, alumni yang memadati auditorium.
“Bagi kami Mbah Bisri itu ya begitu. Sosok bersih, jujur, istiqomah dan rasanya ini memengaruhi kami Jadi kami belajar memegang prinsip. Mungkin Mbah Bisri agak kaku, Mbah Wahab agak luwes. Kita tumbuhkan kembali, saat ini banyak orang yang gak punya prinsip.”
Sementara itu Bu Muhassonah Hasbullah, cucu tertua Mbah Bisri menyatakan bahwa Mbah Bisri adalah ulama yang pertama kali menyetujui Keluarga Berencana (KB).
“Beliau ulama yang pertama kali menyetujui KB. Bahwa KB itu boleh menurut agama. Program KB berhasil, bukan karena petugas BKKBN, tetapi dari Muslimat.”
“Dan Mbah Bisri suka dengan perempuan yang maju,” pungkasnya yang disambut tepuk meriah hadirin.
Ikut memberikan aneka ingatan sosok Mbah Bisri dalam perspektif masing-masing adalah KH Akhwan, KH Aziz Masyhuri, KH Kholid Mawardi, dan Nyai Aisyah Hamid Baidhowi.
Mengantarkan acara, Gus Abdul Halim Iskandar menyatakan bahwa target pembuatan buku biografi adalah untuk melengkapi yang sudah ada, yakni buku tentang Mbah Bisri yang ditulis Gus Dur dan Kiai Aziz Masyhuri.
“Di samping memperkaya dari yang ada, yang dipublikasikan atau belum, akan diperkaya dalam forum ini. Direkam lengkap dan akan sudah terbit dalam rangka satu abad Haul Mbah Bisri, dan menjadi nilai hidup kita.” (Yusuf Suharto/Mukafi Niam)