Daerah

Gusdurian Gresik Mengenang Sosok Pemberani    

Selasa, 17 Desember 2019 | 17:00 WIB

Gusdurian Gresik Mengenang Sosok Pemberani    

Diskusi Gusdurian Gresik dalam rangka haul Gus Dur kesepuluh, Senin (16/12) (Foto: NU Online/Almuiz)

Gresik, NU Online
Dalam rangka haul ke-10 almarhum KH Abdurrahman Wahid atau yang biasa disapa Gus Dur, Komunitas Gusdurian Gresik menggelar tahlil dan diskusi di Oase Cafe & Literasi, Senin (16/12).
 
Acara dihadiri oleh Yuska, presidium Jaringan Gusdurian Jawa Timur, tokoh lintas iman dan anak muda. Sebelum diskusi, komunitas Gusdurian Gresik melakukan tahlilan yang langsung dipimpin oleh Gus Mujib dan dilanjut doa lintas agama. 
 
Tema diskusi adalah Gus Dur dan Gusdurian, diangkat agar anak muda Gusdurian lebih memahami lagi bagaimana sosok Gus Dur, sebagaimana yang dijelaskan dalam 9 Nilai Utama Gus Dur. Kumpulan atau diskusi seperti ini sangat mempertemukan berbagai kalangan masyarakat dengan latar belakang yg berbeda. Perkumpulan seperti ini harus dijaga.
 
"Harapan saya, Gusdurian Gresik mampu merawat 9 Nilai Utama Gus Dur dan menjaga kebudayaan serta rukun dalam bingkai keragaman," ujur Yuska. 
 
Yuska juga menambahkan bahwa sosok Gus Dur adalah orang yang kendel (berani), sehingga Gus Mus pun mengakui kekendelan Gus Dur.
 
"Bagaimana gak kendel, orang Papua diperbolehkan kibarkan bandera bintang kejora tapi jangan terlalu tinggi dari bendera Indonesia?" kata Yuska.
 
Alimudin, salah satu Gusdurian Gresik menyampaikan bahwa diskusi seperti ini sangat penting diadakan dalam konteks hari ini yang mana masyarakat saat ini seringkali disuguhi informasi-informasi yang rawan memicu terjadinya gesekan.
 
"Nah, di situlah pentingnya ruang-ruang bertemu. Terlebih lagi, ini adalah momen memperingati wafatnya Gus Dur, seorang tokoh yang diakui sebagai Guru oleh banyak orang dengan latar belakang yang berbeda-beda," kata dia.
 
Ia berharap semua masyarakat, khususnya Gusdurian Gresik dan tokoh lintas agama yang hadir paling tidak mampu sedikit demi sedikit meneladani apa yang telah diajarkan dan diperjuangkan oleh Gus Dur semasa masih hidup.
 
 
Kontributor: Almuiz
Editor: Kendi Setiawan