Wonosobo, NU Online
Nikmatnya bulan Ramadhan benar-benar terasa saat datangnya waktu berbuka. Apalagi jika buka puasa dilakukan bersama tetangga dan kerabat dengan makanan takjil ala kadarnya di mushola atau di masjid.<>
Tradisi Takjilan ini hampir dilakukan setiap warga nahdliyin yang ada di Wonosobo. Hanya saja untuk penyajiannya berbeda-beda. Ada yang menggunakan tampah atau penampan. Ada juga yang hanya disajikan di piring.
Sore itu, Kamis (25/7) sekitar pukul 17.30 lantunan suara adzan terdengar di masjid atau Mushola di wilayah Wonosobo.
Di Desa Wanarata takjilan diadakan di empat tempat, yaitu di Masjid dan tiga Mushola. “Seusai membaca Al Qur’an kita selalu menyempatkan diri untuk berbuka puasa di masjid, meskipun dengan lauk apa adanya. Namun nikmatnya sangat terasa,” terang Imam, salah seorang warga.
Takjilan diadakan di masjid tersebut rutin setiap hari di bulan Ramadhan. Bagi siapa saja yang ingin memberikan makanan buka, bisa mengisi pada daftar yang telah disediakan di Masjid maupun Mushola. “Kami sudah menyediakan daftar bagi masyarakat yang akan bershadaqoh,” jelasnya.
Untuk minuman, remaja dan muda-mudi gotong royong, tentunya dengan dibagi kelompok tugas memasak air minum, “nggodok wedang”.
Satu hal yang pasti adalah guyub rukun warga dari anak-anak hingga orang tua semua ikut takjilan. Hal lainnya adalah, buka rasanya bertambah nikmat bila dilakukan bersama-sama. “Kalau minumnya sudah disediakan,” paparnya.
Sama halnya dengan pemuda di dusun, Warga Nahdliyin Sukorejo yang selalu menyempatkan untuk buka bersama di masjid. Musti hanya dengan gorengan dan minuman seadanya. Namun, rasa kebersamaan dan kenikmatanlah yang mereka idamkan. “Rasanya berbeda berbuka bersama dimushola dengan di rumah,” jelas Santoso seusai membaca Al Qur’an.
Kenikmatan takjilan itu, dilaksanakan hampir semua masjid di Wonosobo. Sebab tradisi itu sudah turun temurun.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Fathul Jamil