Haul Ke-70 KH Saleh Lateng; Teladan dan Penggerak NU dari Banyuwangi
Selasa, 21 Juli 2020 | 01:30 WIB
Banyuwangi, NU Online
Sosok KH Saleh Lateng demikian sentral bagi perkembangan Islam dan Nahdlatul Ulama di Banyuwangi, Jawa Timur. Karenanya, untuk terus mengenang kiprah dan teladan almaghfurlah, acara haul senantiasa diselenggarakan.
Haul KH Saleh Lateng ke-70 dilaksanakan pada Senin (20/7). Kegiatan dipusatkan di komplek pemakamannya, Masjid Kiai Saleh, lingkungan Krajan, Keluraham Lateng, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi. Acara sakral tahun ini dilaksanakan secara khidmat dengan mengedepankan aturan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Sebelum memasuki serambi masjid dan pusara Kiai Saleh Lateng, seluruh jamaah diwajibkan cuci tangan menggunakan sabun. Selanjutnya dilakukan pengecekan masker, suhu tubuh, hingga penjagaan jarak duduk jamaah satu dan lainnya. Seluruh proses tersebut mendapatkan pengawalan ketat oleh Barisan Ansor Serbaguna (Banser).
KH Akhmad Musollin yang didapuk sebagai pembicara mengingatkan ada banyak ihwal dari Kiai Saleh Lateng yang patut diteladani oleh seluruh generasi penerus, utamanya anak muda Nahdlatul Ulama.
"Mulai dari kiprahnya saat usia muda sebagai representasi pembelajar yang kuat. Sosok pejuang kemerdekaan, hingga sebagai sosok penggerak NU dari Banyuwangi," jelas Gus Musollin, sapaan kesehariannya.
Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Banyuwangi ini mengajak anak muda agar lebih dekat kepada para guru dan ulama. Hal tersebut agar generasi bangsa tidak tercerabut dari akarnya seiring dengan perkembangan zaman yang kian dinamis.
"Potret pemuda saat ini, merupakan potret pemimpin di masa yang akan datang," katanya.
Terlihat pula di antara jamaah yang hadir, pendiri Komunitas Pegon yakni Ustadz Ayunk Notonegoro beserta rombongan. Saat dimintai keterangan, pihaknya membenarkan bahwa Kiai Saleh Lateng merupakan sosok ulama sekaligus penggerak NU yang ideal.
"Bacaannya luas dan lintas madzhab, sehingga menjadikan Kiai Saleh sebagai pejuang tangguh melawan paham Wahabi dengan jargonnya kembali kepada al-Qur'an dan hadits,” kata Ustadz Ayunk. Dilanjutkan dengan perjuangan sehingga mengantarkan terlibat dalam pendirian Nahdlatul Ulama di Banyuwangi, lanjutnya.
Sementara dari keterangan cucu Kiai Saleh Lateng yakni Ustadz Rachman Zainuddin, kakeknya merupakan orang yang sabar.
"Kita semua selalu diingatkan agar selalu hormat kepada para guru. Pada khususnya untuk tiap tahun, kakek berpesan agar selalu takdzim kepada Kiai Kholil Bangkalan dengan tiap tahun turut melaksanakan haul kirim doa bersama jamaah," jelas Ustadz Rachman.
Kontributor: M Sholeh Kurniawan
Editor: Ibnu Nawawi