Tangerang Selatan, NU Online
Tokoh muda NU Kota Tangerang Selatan Ruchul Ma'ani membeberkan penyebab masyarakat terpapar hoaks. Menurut dosen di salah satu kampus swasta di Banten ini meneyebut indikator utama mengapa masyarakat menjadi korban hoaks karena budaya literasinya yang rendah.
"Menurut penelitian, mengapa dia terserang hoaks karena dia terlalu lama terpapar internet sehingga mekanisme pertahanan mereka rapuh," kata Ruchul Ma'ani saat menjadi pembicara Dialog Publik bertajuk 'Menjaga NKRI dari Berita dan Informasi Hoaks' di Key Garden di Ciputat Tangerang Selatan, Selasa (23/7).
Bahaya hoaks kata dia, bisa meruntuhkan martabat seseorang jika arus informasinya tidak dihentikan. Belakangan hoaks telah menyerang semua tingkatan masyarakat baik masyarakat kalangan terdidik maupun tidak terdidik. Bahkan ada sekelas doktor di perguruan tinggi percaya terkait dengan hoaks yang disebarkan oknum tak bertanggung jawab.
Berdasarkan pengamatannya, kini masyarakat Indonesia menginginkan segalanya dengan praktis, makanya budaya lama yang sesugguhnya positif seperti baca buku mulai ditinggalkan. Hal itu pula yang menjadikan penduduk Indonesia terutama kalangan remaja dan anak muda malas membaca buku.
"Padahal kalau baca buku, apalagi baca buku yang diawali dengan 'pertanyaan' maka akan terbiasa kritis, kalau sudah kritis tidak akan terjaring hoaks, dijamin," ucapnya.
Pegiat Literasi Media Sosial Rahman Deniansyah mengungkapkan, hoaks sangat berbahaya untuk persatuan anak bangsa. Kalangan muda harus mau melawan informasi bohong dengan berbagai upaya, misalnya menelusuri ke berbagai media resmi yang sudah kredibel.
Ia miris generasi milenial kerap meninggalkan media informasi kredibel seperti televisi dan radio. Padahal, sebelum internet maju seperti sekarang ini, dua jenis media tersebut tidak pernah ikut serta menyebarkan informasi bohong apalagi memmbangun opini buruk di masyarakat.
Meskipun begitu, ia tidak menyalahkan inidividu tertentu, sebab perkembangan zaman memang begitu adanya. Terpenting generasi muda harus mau mengurangi penyebaran hoaks dengan terus mendidik masyarakat secara langsung seperti keluarganya masing-masing.
"Satu sisi kita tidak bisa nyalahin karena kebebasan berpendapat sudah diatur meski ada aturan aturan lain, tapi gimana caranya kita paling tidak, mengurangi hoaks. Caranya satu dimulai dari diri kita sendiri," pungkasnya pada kegiatan yang diselenggarakan Jaringan Pemuda Research Indonesia (Japri) Banten ini. (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)