Daerah

Inilah Syarat Seorang Dai Dalam Bedakwah

Sabtu, 31 Maret 2018 | 05:30 WIB

Inilah Syarat Seorang Dai Dalam Bedakwah

KH Muhammad Nur Hayid (Tengah) Bersama Para Dai Kabupaten Pringsewu

Pringsewu, NU Online
Fenomena banyaknya ustad dadakan yang menghiasi layar kaca televisi dan media sosial saat ini harus disikapi dengan hati-hati oleh masyarakat. Tidak semua sosok yang tampil, bisa menjadi panutan dan referensi karena memang tidak semua memiliki kompetensi dibidang agama.

Dengan mengedepankan tampilan fisik ataupun bermodalkan kelihaian retorika dalam merangkai kata, banyak bermunculan para ustad yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai dai. Jika ini terus terjadi maka masyarakatlah yang akan terkena imbasnya dan terseret kepada pemahaman agama yang tidak sesuai dengan tuntunan.

Melihat fenomena ini Pengurus Lembaga Dakwah PBNU KH Muhammad Nur Hayid menjelaskan tiga syarat yang harus dimiliki seorang dai ketika sudah siap dan berani mengajak-ajak orang lain.

Yang pertama menurutnya, seorang dai harus memiliki hati yang luas dan siap menerima keragaman dan perbedaan ditengah masyarakat. Hati yang luas lanjutnya juga mencakup kesabaran dalam mengahadapi orang lain ketika tidak mau diajak kepada kebaikan.

"Menjadi dai harus memiliki hati dan jiwa yang bersih dengan tidak menyalah-nyalahkan dan menjelek-jelekkan orang lain," terang pria yang akrab disapa Gus Hayid ini saat menjadi pemateri pada kegiatan Lailatul Ijtima PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung yang dilaksanakan di aula gedung PCNU setempat, Jumat (30/3) malam.

Syarat kedua dari seorang dai menurutnya adalah memiliki keluasan ilmu dan kedalaman pengetahuan agama yang didapatkan melalui pendidikan dari para guru yang jelas silsilah keilmuannya.

"Pemahaman dan keluasan ilmu agama ini juga didukung nyata dengan perilaku keseharian yang sesuai dengan apa yang dikatakannya. Tidak Jarkoni, ngajar tapi ora ngelakoni (mengajar tapi tidak melakukan)," kata anggota Komisi Dakwah MUI Pusat ini.

Syarat ketiga lanjutnya adalah memiliki kedekatan dengan Allah melalui ketekunan ibadah yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

"Seorang dai harus senantiasa bangun malam ketika umatnya tertidur lelap dan mendoakan orang-orang yang diajaknya," kata pengasuh Pondok Pesantren Skill Jakarta ini sekaligus menegaskan kembali untuk senantiasa selektif dalam memilih dai di era digital ini. (Muhammad Faizin)


Terkait