Siswa Nuris Antirogo, Jember membuat aplikasi Animal Husbandry Corporation Technology (Abito) (Foto: Nuris Jember)
Siapa bilang menjadi santri itu gagap teknologi alias gaptek? Tiga santri Nurul Islam Antirogo, Jember, Jawa Timur menepis anggapan gaptek tersebut. Pasalnya, mereka membuat aplikasi yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para peternak. Nama aplikasinya Animal Husbandry Corporation Technology atau disingkat dengan Abito.
Salah satu masalah yang ditemukan adalah angka produksi ternak yang tidak dapat memenuhi permintaan pasar lokal. Berdasarkan data tahun 2017, angka produksi daging sapi dan kerbau hanya 354,77 ribu ton, sementara kebutuhan akan daging tersebut mencapai 604,97 ribu ton. Artinya, terdapat ketimpangan antara produksi dan kebutuhan masyarakat Indonesia.
"Itu terjadi karena sistem manajemen peternakan yang belum bagus," kata Fauzan Hilmi.
Melihat masalah itu, mereka tak mau tinggal diam meskipun berdomisili di pesantren. Mereka bereksperimen dengan membuat aplikasi untuk memperbaiki manajemen hasil ternak. Khususnya daging ayam dan sapi di Indonesia.
Selain itu, juga ada fitur diskusi antar peternak, fitur jual beli hasil ternak, fitur konsultasi pada ahli, serta regulasi pemerintah yang keberadaannya sangat bermanfaat untuk menunjang kegiatan peternakan. "Kami penelitian dulu selama tiga bulan," tambahnya.
Melalui aplikasi ini, para peternak bisa mendapatkan informasi terkait peternakan. Harapannya, para peternak bisa mendapatkan nilai tambah ekonomi, melalui penyaluran hasil produksi yang tepat.
Cara kerja aplikasi ini tak jauh berbeda dengan berbagai aplikasi Android lainnya. Seperti login melalui Gmail atau Facebook. Lalu, pemilik akun akan masuk pada halaman utama dengan beberapa fitur di dalamnya.
Seperti fitur Kandang.in, yakni sebuah platform investasi peternakan yang didukung oleh teknologi. Fitur ini menyediakan tempat bagi investor untuk berinvestasi secara online dengan mudah. Platform ini menyediakan kualitas terbaik untuk ternak terbaik dari mitra peternak yang professional.
Di samping itu, banyak fitur lain yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Namun, aplikasi ini masih berupa prototype, belum bisa digunakan secara maksimal. Karena harus bekerjasama dengan berbagai pihak industri.
Menurut dia, Pesantren Nuris mengetahui dampak negatif dan positif teknologi. Agar tidak terpengaruh dengan dampak negatifnya, santri dibatasi mengakses internet. Mereka hanya diberi kesempatan untuk menggunakan teknologi secara positif. Mereka diberi keterampilan untuk menjawab kebutuhan zaman. Santri tak hanya belajar agama, namun juga update dengan perkembangan teknologi terbaru.