Bojonegoro, NU Online
Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur rutin mengadakan pengajian 'Noto Ati' setiap Ahad di awal bulan. Namun kegiatan Ahad (7/7) malam yang dirangkai dengan halal bi halal itu sekaligus penguatan modal sosial.
Ketua PC ISNU Kabupaten Bojonegoro, Yogi Prana Izza menuturkan, kegiatan ini rutin dilaksanakan, namun sempat ditiadakan karena awal bulan pada hari Ahad bertepatan dengan ramadhan dan lebaran, sehingga baru terlaksana sekarang ini. Tetapi berbeda dengan biasanya, karena kalau biasanya mengundangan penceramah atau kiai.
"Hari ini berbeda, sebab selain halal bi halal juga khusus ada talkshow (dialog, red) yang menghadirkan narasumber istimewa yakni Bupati Bojonegoro, Ketua PCNU dan Dewan Ahli PC ISNU Bojonegoro," tuturnya.
Dalam halal bi halal dan penguatan modal sosial berlangsung di halaman Apotek Joglo Jalan Lisman, lanjut Yogi, kalau modal itu tidak hanya uang, tapi juga modal sosial dengan banyak hal. "Sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan orang lain," terang dosen Unugri yang juga lulusan Mesir ini.
Bupati Bojonegoro, Anna Mu'awanah yang menjadi keynote speaker mengawali pemaparannya modal sosial yang dilakukan Pemkab Bojonegoro yakni bantuan sosial kepada masyarakat di Kota Ledre. "Membantu masyarakat yang kurang mampu, bantuan sosial untuk modal, dan yang lainnya. Tujuannya untuk mengurangi kemiskinan, kesenjangan, meningkatkan IPM," paparnya.
Dijelaskan, modal sosial yang dilakukan sudah direncanakan pemerintah, kalau tidak dilakukan pusat bisa dilaksanakan daerah. Sehingga perencanaan itu menjadikan modal sosial bisa terarah tepat sasaran dan terukur.
Ketua PCNU Kabupaten Bojonegoro, dokter Kholid Ubed menjelaskan, modal sosial itu antar seseorang berhubungan dengan kesepakatan norma-norma keduanya. "Kebutuhan orang berbeda, tapi bisa diatur sesuai norma. Problem kita merenungnya dangkal karena masih banyak hal yang perlu diperhatikan di sekitarnya," sebutnya.
Ditambahkan, cara melakukan modal sosial itu yakni aplikasi langsung, dilihat baik dan buruknya serta melihat basisnya. Pasalnya, basis satu dengan basis lain berbeda kebutuhan dan pelaksanaannya, sehingga diperlukan persamaan persepsi.
Sedangkan Mudzar Fahman menyebut banyak orang manis dalam mengucapkan, tapi dalam prakteknya masih kurang. Misalnya ada kelompok yang mengkafirkan kelompok yang lain, dan dibalas kelompok lainnya. "Sehingga terjadi kedua kelompok mengumbar kebencian. Akibatnya jangan harap kesatuan umat terjadi. Perlu modal sosial agar konflik itu tidak terjadi," ungkapnya.
Talkshow diikuti ratusan peserta, selain pengurus PC ISNU Bojonegoro juga dari pengurus ISNU kecamatan, termasuk masyarakat umum bisa mengikuti talkshow dan bertanya langsung kepada narasumber, agar penguatan hati dalam bermodal sosial terlaksana dengan baik. (M Yazid/Muiz)