Dalam menyampaikan sesuatu pun, NU selalu mengkaji secara mendalam akar permasalahan yang dihadapi bangsa sehingga mampu memberikan solusi terbaik.
Pringsewu, NU Online
Sejarah menunjukkan, NU selalu hadir dengan solusi jitu dalam menghadapi berbagai macam bentuk problematika zaman di setiap masanya. Tanpa harus pamer kekuatan massa, layaknya demonstrasi yang acap kali menjadi cara sebagian kelompok dan berujung tindakan anarkis, NU justru melakukan langkah ‘santai’ namun terbukti ampuh selesaikan masalah kehidupan berbangsa.
“Dalam berjalan, NU menggunakan falsafah mengendarai kendaraan. Ada gas ada rem. Yang sejalan akan menjadi kekuatan untuk menginjak gas. Yang tidak sejalan akan menjadi rem. Jadi seimbang,” kata Mustasyar PCNU Pringsewu, Lampung, KH Marbiah Pribadi kepada NU Online di kediamannya, Ahad (7/5).
Ketika gas diinjak tanpa batas, maka tentu tidak akan baik dan mengancam keselamatan bagi sebuah perjalanan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Tapi juga tidak selalu ‘mandeg’ menginjak rem terus menerus sehingga tidak akan sampai ke tujuan.
Seperti saat ini, muncul fenomena kelompok yang gampang tersulut dan menggunakan cara yang kurang bijak dalam menyelesaikan masalah. Tidak harus dengan emosi sambil teriak-teriak takbir dalam menyelesaikan masalah. “Perlu memainkan gas dan rem,” katanya.
NU telah membuktikan keberhasilan metode ini dalam perjalanan sejarah selama ini. Dengan cara-cara moderat jauh dari anarkisme, NU mampu ‘survive’ (bertahan) melewati berbagai zaman dengan baik. Semisal zaman orde baru, NU banyak sekali menghadapi tekanan dari pemerintah. Namun dengan sikap tawasuth (moderat) nya, NU mampu melewatinya dengan baik tanpa mengedepankan emosi.
NU menurut Pendiri Yayasan Arrahman Pringsewun ini, juga selalu menggunakan filosofi sarung. Sarung merupakan pakaian khas warga NU yang bisa dipakai oleh siapapun dengan berbagai ukuran tubuh. Sifat sarung adalah menyarungi dan merangkul semua orang. Begitu juga NU yang selalu selalu moderat dan merangkul semua elemen.
“Diamnya NU itu tidak bisa diartikan menolak ataupun menyetujui. NU selalu melihat lebih jauh ke depan dan senantiasa mengambil hikmah dari setiap masalah yang dihadapi,” jelasnya.
Dalam menyampaikan sesuatu pun, NU selalu mengkaji secara mendalam akar permasalahan yang dihadapi bangsa sehingga mampu memberikan solusi terbaik. “Prinsip orang NU itu ‘Nek ora ngerti ngaji. Nek ngaji dilakoni (kalau tidak tahu belajar. Kalau belajar harus diamalkan),” jelasnya.
Sementara fenomena saat ini menurut Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu H Munawir, banyak orang yang belum tahu akar masalahnya seakan-akan paling memahami. Dengan modal kepercayaan diri dan perhitungan mentah langsung berteriak menyalahkan pihak lain.
“NU tidak seperti itu. NU selalu menghadapi masalah dengan santai, pelan tapi pasti dan ini terbukti sekarang. Seperti masalah RUU HIP, NU tak perlu turun ke jalan namun selalu diperhitungkan oleh berbagai pihak. Contohnya beberapa waktu lalu Pimpinan MPR berkunjung ke PBNU dan menerima saran untuk RUU HIP dihentikan pembahasannya,” katanya.
Bukan hanya dalam negeri, NU pun mampu berkiprah di berbagai permasalahan dunia melalui cara yang elegan. Kiai Munawir mencontohkan bagaimana Palestina meminta kepada Ketua Umum PBNU KH Said Agil Siroj untuk memaparkan dan memberi solusi pada perdamaian di Palestina.
Kiai Said didaulat untuk berbicara pada forum ulama dan pemikir dunia terkait kondisi Palestina saat ini yang dipimpin Syekh Mahmud Al-Habbas dari Palestina ini. Ini menjadai bentuk nyata kepercayaan Palestina pada NU.
Cara-cara sepeti ini menurut Kiai Munawir yang patut dilestarikan dan dicontoh berbagai elemen dalam menghadapi permasalahan umat. Inilah yang menurutnya menjadi warisan para wali yang senantiasa berdakwah tanpa marah-marah dan merangkul tanpa memukul.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin