Sumenep, NU Online
Sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan di musim kemarau yang parah saat ini. Di Kepulauan Gili Raja, Sumenep, Jawa Timur, air di sekitar 100 sumur di Gili Raja, mulai susut.
A Rofik warga Desa Banmaleng, Kecamatan Giligenting, Sumenep Jawa Timur mengatakan, bila diprosentasikan dari total sumur yang ada di Kepulauan Gili Raja, 25 persen kering dan 75 persen airnya menyusut. Terhitung sejak bulan Agustus sampai September 2023, kondisi air sumur mulai menyusut.
"Dari jumlah sumur yang ada di 4 desa, yakni sumur di Desa Lombang mulai menyusut, juga sebagian kecil di Desa Banbaru airnya sudah menyusut. Sementara di Desa Jate dan Banmaleng masih stabil airnya," ujarnya kepada NU Online, Ahad (17/9/2023).
Dijelaskan, dari sekitar 100 sumur di Kepulauan Gili Raja, terdapat 4 ketegori. Pertama, sumur yang sejak dulu tidak ada airnya atau tidak mengeluarkan air. Kedua, sumur yang mengeluarkan air asin. Ketiga, sumur yang mengeluarkan air antara asin dan tawar (rasanya ketar). Keempat, sumur yang mengeluarkan air tawar yang dapat diminum, memasak dan mandi.
"Setiap kepala rumah tangga, membutuhkan sekitar 250 liter air per hari untuk cuci baju, mandi dan shalat. Sedangkan keperluan dapur, dibutuhkan air bersih sekitar 35 liter," terangnya.
Bagi warga yang kelas ekonominya di atas rata-rata, kata dia, mereka memilih membeli air minum dalam kemasan. Berbeda dengan warga kelas menengah ke bawah menggunakan air sumur untuk dikonsumsi setiap hari kendati harus menunggu lama. Karena warga berebutan dan membeli air sumur menggunakan jasa orang lain.
Jika kekeringan itu melanda di Kepulauan Gil Rraja, alternatif terakhir adalah warga pergi ke daratan untuk membeli air bersih di beberapa desa di Kecamatan Bluto, seperti Kapedi, Aengdake, dan sekitarnya. Tentunya akan memakan biaya yang menguras kantong untuk pulang pergi membeli air bersih di daratan dengan menggunakan transportasi perahu tradisional.
Pria yang diamanahi sebagai Ketua Satuan Komunitas (Sako) Pramuka Ma'arif Sumenep itu berdoa, kekeringan yang melanda di beberapa daerah tidak terjadi di kepulauan Gil Raja. Jika kekeringan, maka air yang digunakan warga untuk mencuci dan sekadar mandi dengan kondisi air yang rasanya ketar (antara tawar dan asin). Untuk memasak, warga mamilih menggunakan air mineral dalam kemasan.
"Di musim kemarau, untuk mendapatkan air tawar, warga harus menunggu air sumur banyak. Kemudian ditimba, kadang ada pula yang menggunakan mesin sanyo walaupun kondisi air mulai menyusut," ucapnya.
Rofik menegaskan, di tahun 2023 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep belum memberikan bantuan kepada warga. Ia berharap kepada Pemkab, Pemerintah Desa (Pemdes) dan perusahaan Minyak dan Gas (Migas) yang beroperasi di perairan Gili Genting mulai memverifikasi sumur kering dan mengupayakan tindak preventif serta memberikan bantuan kepada warga.
"Mudah-mudahan di bulan Oktober 2023 segera tiba musim hujan sehingga sumber mata air sumur stabil kembali," ujarnya.