Gus Muwafiq saat ke Madura bersama Ketua PCNU Pamekasan, KH Taufik Hasyim.(Foto: NU Online/ Hairul Anam)
Pamekasan, NU Online
Pendiam dan suka memelintir kumisnya yang tebal. Sekali dipermalukan, kepala orang bisa langsung tertebas. Nyawa dapat melayang dalam hitungan detik.
Itulah salah satu ciri karakter blater Madura. Blater adalah nama lain dari bajingan. Mereka berwatak dan kerap bertindak keras, nyaris tak berperasaan.
Angok potèyah tolang, kathèmpeng potè mata (mending mati ketimbang menanggung malu). Pepatah Madura ini tampak mendarah daging dalam kehidupan para blater Madura. Membunuh orang yang dinilainya salah merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagi mereka.
Kehadiran Gus Muwafiq tampak memberi sentuhan batin tersendiri bagi blater Madura. Itu cukup mencuat saat Gus Muwafiq melakukan dakwah ke empat kabupaten di Madura, Rabu-Kamis (9-10/10) hingga larut malam.
Mohammad Thoha, salah seorang blater Madura asal Pakong, Kabupaten Pamekasan mengaku luluh hatinya ketika menyimak langsung ceramah Gus Muwafiq. Mattaha, panggilan akrabnya, secara jujur menyatakan terbawa perasaan (baper). Utamanya penjelasan Gus Muwafiq terkait toleransi; menghargai setiap perbedaan yang terjadi pada umat.
"Saya jadi baper kala Gus Muwafiq memaparkan sejarah umat Islam. Lebih-lebih umat di lingkungan kehidupan Nabi Muhammad yang bersuku-suku dan berbudaya," ungkap Mattaha, Jumat (11/10) malam.
Melalui ceramah Gus Muwafiq, Mattaha tersadarkan betapa Islam dan pendiri bangsa ini penuh dengan saling pengertian. Setiap perbedaan, selalu disikapi dengan kepala dingin, bukan dengan sikap yang penuh arogansi.
"Saya mudah marah saat orang berbeda dengan saya. Tangan jadi gatal untuk memainkan celurit. Untuk selanjutnya, saya harus belajar meredam emosi. Mator sakalangkong (terima kasih), Gus Muwafiq," katanya.
Menurut Mattaha, sejatinya dia sempat belajar sikap toleransi pada sahabat-sahabat GP Ansor Kadur, Pamekasan. Itu tahun lalu saat organisasi badan otonom (Banom) NU tersebut menggelar Ansor Cup berupa kompetisi kasti antar-kampung.
"Saat itu saya dan dua teman blater diajak terlibat dalam pengamanan eksternal. Kami merasa tersanjung atas penghargaan adik-adik Ansor," terang Mattaha.
Selama Ansor Cup Kadur berlangsung, pihaknya mengaku sangat dihormati oleh pengurus GP Ansor. Itu merupakan satu-satunya kegiatan olahraga bernuansa kekerabatan yang diikutinya.
"Sejauh ini lebih sering jadi tameng calon tertentu saat Pemilu, utamanya di politik desa (Pilkades). Ujung-ujungnya saling hantam, bahkan bisa berujung pada melayangnya nyawa," paparnya.
Dari sekian penjelasan Gus Muwafiq, Mattaha mengaku banyak yang mengingatnya. Utamanya tentang Madura yang punya tanggung jawab besar pada Bangsa Indonesia ini.
"Kata beliau, bangsa ini besar, baik. Jangan pernah mengatakan bangsa Indonesia ini buruk. Kalau ada yang mengatakan demikian, berarti ia sedang kena virus ingin menjelekkan Indonesia," jelas Mattaha menirukan penggalan ceramah Gus Muwafiq.
Kala safari ceramah di Madura, Gus Muwafiq memang menjelaskan tentang kelebihan Negara Indonesia. Menurutnya, semua dunia menginginkan Bangsa Indonesia, karena Indonesia sangat luar biasa dan komplek seluruh kekayaan alam dan seisinya.
"Kau boleh berpikir apapun, tapi gak bisa melampaui batas negaramu. Anak bangsa harus berpikir jauh ke depan terkait apa bangsa dan negara; bagaimana Islam generasi ke depan. Perang masa depan adalah perang pengetahuan, bukan lagi masalah celana cingkrang atau jenggot panjang," papar Gus Muwafiq sambil tertawa.
Kontributor: Hairul Anam
Editor: Aryudi AR