KH Ma'ruf Amin Sampaikan Pentingnya Terus Berijtihad di Era yang kian Maju
Kamis, 16 Maret 2023 | 05:00 WIB
Wapres RI, KH Ma'ruf Amin menyampaikan Orasi Ilmiah pada Wisuda IX Institut Agama Islam Bani Fattah (Iaibafa) Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023). (Foto: Dokumentasi IAI Bafa)
Jombang, NU Online
Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) KH Ma'ruf Amin menegaskan pentingnya terus melakukan ijtihad. Bersandar kepada nas saja menurutnya belum cukup untuk memahami sesuatu, apalagi berkaitan dengan hukum. Tuntutan era yang kian maju dan banyak melahirkan hal-hal baru, mengharuskan manusia menguasai berbagai disiplin ilmu untuk kebutuhan ijtihad.
"Harus punya ilmu untuk menjawabnya. Dan tidak mungkin sendiri, harus bersama-sama. Namanya ijtihad jama'i (rombongan). Kalau tidak dijawab, maka terjadi kekosongan," katanya saat menyampaikan Orasi Ilmiah pada Wisuda IX Institut Agama Islam Bani Fattah (IAI Bafa) Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (15/3/2023).
Menukil pernyataan Imam Haramain, KH Ma'ruf Amin menyampaikan bahwa banyak sekali produk dari syariat itu berawal dari ijtihad. Hal ini dikarenakan terbatasnya nash. Hadits pun juga tidak pernah bertambah. Sedangkan persoalan-persoalan tidak pernah berhenti dan terus berkembang.
"Bahkan selain masalah jadidah, ada masalah lama yang mengalami perubahan. Terutama di bidang ekonomi, transaksi-transaksi yang baru, yang dulu tidak ada. Itu kemudian harus dijawab oleh kita. Masalah-masalah kebangsaan, masalah-masalah global, hubungan antar-Muslim dan non-Muslim. Itu semua harus dijawab. Oleh karena itu harus punya ilmu," ujarnya.
Bahkan kata Imam Haramain, lanjutnya, nash itu mencakup 10 persen dari produk-produk syariat. Sementara 90 persennya dihasilkan dari ijtihad para ulama. Tak heran, bila ada ulama yang cukup produktif menulis kitab sampai 10 jilid untuk menerangkan sekaligus menjawab banyak hal, termasuk topik yang hangat kala itu.
Penegasan Imam Haramain tentang ijtihad mendominasi produk-produk syariah itu kira-kira 1000 tahun yang lalu. Kalau dihitung dari sekarang ke 1000 tahun lalu, maka nash akan menjadi makin sedikit dibanding hasil ijtihad.
"Oleh karena itu, saya bilang S1 tidak cukup. S2 belum cukup, S3 belum cukup juga, harus terus. Karena memang sekarang keilmuan tidak sehebat orang dulu. Jadi tidak mungkin ada seorang yang benar-benar mujtahid," ungkapnya.
Orang-orang yang mengaku mujtahid di era sekarang, imbuh Wapres, bisa dipastikan hasil ijtihadnya belum bisa sempurna. Karena hanya mengutip pendapat-pendapat para ahli terdahulu. Karena itu, ijtihad harus dilakukan bersama-sama.
"Jadi yang bergelar profesor itu banyaknya tukang kutip. Tapi kita harus menjawab persoalan itu. Maka kita harus mendalami ilmu terus-menerus," ucapnya.
Kepada semua wisudawan dan wisudawati KH Ma'ruf Amin meminta untuk terus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang luas. Apalagi, banyak ulama yang alim, menguasai berbagai disiplin ilmu yang akhirnya kembali ke haribaan Allah swt.
Ia kemudian mencontohkan almaghfurlah KH Djamaludidn Ahamd (Kiai Jamal), Pengasuh Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, seorang ulama yang alim dan ahli tasawuf. Menurutnya, Kiai Jamal harus ada penggantinya. Allah tidak mengambil ilmu dari hati manusia, tapi Allah mengangkat ilmu itu dengan mengambil ulama.
"Kalau tidak ada seorang alim pun yang menguasai ilmu, orang akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Kalau seseorang memberikan fatwa tanpa ilmu, dia sesat dan menyesatkan," pungkasnya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Syakir NF