Kiai Said Gunungpati: Riyadhah Jadi Kunci Keberhasilan Hidup Santri
Sabtu, 27 Agustus 2022 | 23:00 WIB
Ilustrasi riyadhah santri yang rajin mengaji. (Foto: Dok. FB Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan Pati)
Kudus, NU Online
Masih ada sebagian orang yang berpikir bahwa menjadi santri di pesantren sangat tidak mengenakkan. Hidupnya serba kekurangan dan terbatas aksesnya dengan dunia luar. Berbeda halnya Ketika di rumah, aturannya tidak seketat di pesantren.
Namun, siapa sangka bahwa kehidupan santri yang erat kaitannya dengan riyadhah (proses penempaan diri untuk penguatan spiritual) ternyata mampu mendatangkan kebaikan tersendiri bagi santri tersebut.
Pengasuh Pesantren Raudlatus Saidiyyah Kalialang, Gunungpati, Semarang, KH Said al-Masyhad turut memberikan komentar tentang pentingnya riyadhah bagi santri.
“Riyadhah adalah jalan menuju keberhasilan ilmu untuk kebermanfaatan dan derajat yang tinggi, serta untuk mencapai kemuliaan dunia dan akhirat,” tutur Kiai Said saat dihubungi NU Online, Sabtu (27/8/2022).
Menurut Kiai Said, sapaan akrabnya, ada sejumlah riyadhah yang dapat dilakukan santri. Setidaknya ada tiga cara. Pertama, berpuasa sunnah sepanjang hari. Kedua, bangun malam untuk melaksanakan sholat sunnah. Ketiga, menghafal semua ilmu yang telah diajarkan.
“Setiap bangun malam, wajib shalat Tahajud dilanjutkan dengan baca wirid-wirid dan doa-doa. Seperti membaca istighfar 100 kali, basmalah 100 kali, dan shalawat adrik 100 kali,” paparnya.
Kiai Said mengaku telah membaca shalawat adrik sejak berusia tujuh tahun sampai sekarang. Shalawat ini memiliki fadhilah atau keutamaan memberikan keberkahan dan keberhasilan dunia dan akhirat.
Ia juga menuturkan bahwa riyadhah bagi seorang santri sangatlah penting jika ingin berhasil kelak. Dengan riyadhah, santri akan menjadi orang luar biasa sehingga menjadi hamba yang terpuji dan mulia dunia-akhirat.
“Jika ingin menjadi orang yang luar biasa dan mendapatkan rizki yang tidak disangka-sangka, maka harus bekerja sama dengan Allah dengan cara riyadhah,” terang Kiai Said.
Terhadap kasus santri yang tidak ingin hidup susah ketika di pesantren, Kiai Said menilai bahwa memang zamannya seperti itu. Santri tersebut sudah terkena pengaruh duniawi dan lupa kepada Allah.
“Jadi santri harus sabar dan banyak berdoa. Tanpa riyadhah, seorang santri akan menjadi hamba biasa-biasa saja. Tidak mampu menjadi pemimpin yang baik dan tidak mampu menjadi pewaris Nabi,” ujarnya.
Kiai Said menegaskan bahwa santri yang mau riyadhah semasa hidupnya maka dijanjikan Allah menjadi seorang pemimpin, pemuka agama, ulama ataupun kiai.
“Sekarang ini banyak santri pulang dari pondok hanya menjadi orang biasa karena kurangnya riyadhah. Jangan sampai santri yang pulang hanya menjadi tukang ojek atau kerja di pabrik,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori