Kisah Margaretha, Biarawati Asal NTT yang Berhasil Lulus Ilmu Gizi Unusa
Kamis, 28 September 2023 | 10:00 WIB
Margaretha Kolo, biarawati asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berhasil menjadi sarjana ilmu gizi dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). (Foto: Dok. Berita Anak Surabaya)
Jakarta, NU Online
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mewisuda 1.071 mahasiswa, Rabu (27/9/2023) di Dyandra Convention Hall. Dari sekian banyak mahasiswa tersebut, Margaretha Kolo (29) salah satu di antara mahasiswa yang menarik perhatian. Margaretha merupakan non-Muslim asal Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak usia 18 tahun tinggal di biara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah berstatus sebagai biarawati.
Perempuan kelahiran kelahiran 30 Mei 1994 itu tidak sendirian. Sedikitnya ada enam mahasiswa non-Muslim lainnya yang juga ikut wisuda bersamanya. Margaretha menempuh pendidikan tinggi di Unusa sejak awal, empat tahun akhirnya berhasil menyelesaikan perkuliahan pada program studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan.
Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie menyampaikan, Unusa memang sangat terbuka untuk para generasi penerus bangsa yang hendak melanjutkan jenjang pendidikannya tanpa mempermasalahkan latar belakang, bahkan agama sekalipun. Ini menurutnya bukti bahwa Unusa menjadi kampus yang inklusif.
"Bukti bahwa Unusa itu Rahmatan lil 'Alamin. Untuk siapa saja tanpa memandang ras, agama, daerah dan sebagainya," tutur Achmad Jazidie dalam keterangannya.
Semua mahasiswa Unusa mendapatkan hak dan perlakuan yang sama meski mereka dari latar belakang yang beragam. Hal ini juga dirasakan oleh Margaretha. Ia mengaku senang selama menempuh perkuliahan di Unusa dan tidak menemukan kendala. Begitu pun dengan pertemanannya yang dikelilingi oleh mayoritas Muslim.
"Teman-teman dan dosen sangat menghargai keberadaan saya yang memang berbeda dengan mereka," terang Margaretha dikutip Kumparan.
Ia bercerita, dirinya sudah sangat terbiasa bergaul dengan teman-teman mahasiswa Muslim di Unusa. Bahkan ungkapan keseharian umat Islam, seperti 'alhamdulillah' saat bersyukur dan jawaban panggilan salam 'waalaikum salam' sudah cukup familier dan terbiasa dia ucapkan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. "Iya sudah biasa mengucapkannya," ungkapnya.
Materi kuliah yang menjelaskan tentang agama Islam pun juga sempat diikuti sebanyak 3 SKS. Hal ini ia jalani tanpa keterpaksaan. Ia menyadari, bahwa kampus yang telah mengantarkannya menyandang gelar sarjana ini tidak bsia dilepaskan dengan nilai-nilai yang dibawa oleh NU.
"Namanya juga kan kampus NU pasti ada mata kuliah tentang agama Islam. Dan itu saya pelajari di semester awal, sekitar 3 SKS," tukasnya.
Mantap Pilih Unusa
Sebelum akhirnya mantap kuliah di Unusa, Margaretha mengaku sempat mencari kampus lain. Namun, takdir tidak menghendaki. "Dapat (kampus) tapi kok saya nggak sreg. Akhirnya sama teman di Surabaya saya direkomendasikan Unusa, setelah saya telusuri (Unusa) akhirnya mantap kuliah di sini," ujarnya.
Margaretha menempuh jenjang pendidikan S1 di Surabaya dengan jurusan gizi merupakan mandat yang diberikan gereja tempat ia mengabdi, tepatnya di biara di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Pilihan Margaretha pun jatuh pada Unusa.
Kini, gadis yang kesehariannya masih magang di salah satu rumah sakit di Surabaya ini sudah menuntaskan jenjang pendidikan S1-nya. Dan ia akan kembali ke Palangkaraya mengabdikan diri di sebuah rumah sakit Katolik di kota tersebut.
Margaretha bukan mahasiswi non-Muslim pertama di Unusa. Sebelumnya ada Maria Trykurniati, alumnus Unusa asal Labuan Bajo, Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengambil pendidikan S1 Keperawatan.
Maria tercatat sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Puskemas Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Ia kuliah di Unusa dengan beasiswa dari pemerintah pusat. Bahkan ia harus rela meninggalkan dua putranya yang berumur 10 tahun dan 8 tahun untuk menempuh pendidikan D3 di Malang dan melanjutkan S1 di Unusa.
Perjuangan dan pengorbanan Maria tak sia-sia. Dia berhasil menjadi salah satu wisudawati terbaik Unusa yang diwisuda pada 20 April 2019 dengan meraih IPK 3,93. Ia membuat tugas akhir berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Sopir Ekspedisi di Dermaga Ferry ASDP Labuan Bajo NTT.