Jombang, NU Online
Pengurus Cabang Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU Jombang, Jawa Timur berupaya memetakan potensi budaya dan pariwisata yang ada di Jombang. Dalam hal ini Lesbumi bersinergi dengan Bapedda, IPNU, DPMPD serta Disbudpar.
Pada Selasa (20/2) di Ruang Rapat Bappeda Jombang, sejumlah pihak tersebut sudah membincangkan banyak hal terkait bagaimana langkah dalam pemetaan budaya dan pariwisata, juga manfaat yang akan diperoleh khususnya oleh masyarakat Jombang.
Ketua PC Lesbumi Jombang, Inswiardi mengatakan, Lesbumi sebagai sebuah lembaga Nahdlatul Ulama (NU) yang bergerak di bidang kebudayaan, mempunyai peran yang strategis. Salah satunya adalah mewujudkan hadirnya relawan budaya yang bertugas mencatat data potensi budaya dan pariwisata, serta mengembangkan data menjadi desain pengembangan potensi budaya dan pariwisata.
"Menyadari peran strategis ini, Lesbumi memandang penting untuk membangun kerja sama dengan berbagai lini," ujarnya.
Salah satunya diwujudkan dengan membangun kerja sama dengan IPNU Kabupaten Jombang sebagai basis relawan dan Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Jombang.
Perlu diketahui, sejak 2016 lalu, Pemerintah Kabupaten Jombang bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi menjalankan program Sistem Inovasi Daerah (SIDA). Program ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing daerah dalam pertrungan globalisasi.
"Untuk memenuhi harapan tersebut, disusunlah Roadmap Penguatan Sistem Inovasi Daerah dengan menetapkan tema agribisnis hortikultur dan industri kerajinan rakyat berbasis ekowisata," tuturnya.
Melengkapi tema tersebut, lanjut dia, pemerintah kabupaten juga menetapkan zonasi pengembangan wisata yang diberi nama Salam Baraja Digda, sebuah akronim dari nama kecamatan yakni Wonosalam, Bareng, Ngoro, Mojoagung, Mojowarno, Diwek, Gudo.
Inswiardi mengatakan, sebagai sebuah sistem, Lesbumi melihat ada celah penting untuk disinergikan, yakni hadirnya relawan budaya dalam proses assesment data, proses komunikasi dengan pelaksana sistem (SKPD dan Desa) dan proses menyusun desain pengembangan potensi budaya dan pariwisata.
"Relawan budaya dari kader muda NU inilah yang diharapkan mampu menjadi front liner sekaligus desainer pengembangan zonasi wisata di 7 kecamatan (Salam Baraja Digda)," jelas dia.
Dalam pertemuan dengan sejumlah pihak itu melahirkan kesepakatan: Pertama, brainstorming hari ini dimaksudkan untuk memetakan ruang sinergi, siapa melakukan apa.
Kedua, disepakati tanggal 27 Februari akan ada pertemuan tindak lanjut untuk matching data dari berbagai komponen yang terlibat.
Ketiga, 1 Maret 2018, disepakati akan digelar FGD (focus group discussion) antara 30 relawan budaya dan SKPD terkait di Ruang pertemuan Bappeda.
Keempat, pada Maret proses relawan turun melakukan assesment data sekaligus merancang desain pengembangan potensi budaya dan pariwisata.
Kelima, pada April proses relawan budaya melakukan presentasi hasil pendataan dan rancangan desain mereka di kecamatan masing-masing.
Keenam, dalam proses presentasi ini, akan kami siapkan dewan kurator untuk menilai desain pengembangan budaya yang terbaik.
Ketujuh, desain terbaik akan didorong menjadi pilot project penguatan roadmap SIDA di Salam Baraja Digda, dengan didukung beberapa SKPD terkait dan disinergikan dengan program desa. (Syamsul Arifin/Abdullah Alawi)