Daerah

LKKNU DIY Adakan Workshop Perencanaan Keuangan Keluarga

Kamis, 20 Desember 2012 | 06:45 WIB

Merencanakan keuangan keluarga mungkin memang bukan hal yang baru lagi. Berbagai lembaga keuangan telah lama menawarkan jasa di bidang yang satu ini. 
<>
Sayangnya, tidak semua masyarakat memahami dan menyadari arti pentingnya, terutama kalangan komunitas NU yang mayoritasnya adalah masyarakat menengah ke bawah.

Dengan latar belakang tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga Nahdliyyin, yang menjadi salah satu program kerjanya, Lembaga Kemashlahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) DIY menyelenggarakan “Workshop Perencanaan Keuangan Keluarga”, di Jogjakarta, Rabu (19/12). Acara yang dikerjasamakan dengan PT Trimegah Asset Management tersebut dihadiri beberapa lembaga di jajaran kepengurusan PWNU DIY, serta sejumlah lembaga lain di luar NU. 

Rais Suriyah PWNU DIY KH Asyhari Abta dalam sambutannya mengaku gembira dengan acara semacam ini. "Saya senang, mungkin acara ini belum populer, tapi kalau nanti diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, insya Allah mashlahah dan menyebar dengan sendirinya," jelas Kiai Asyhari.

Dia juga menceritakan pengalamannya mencatat ihwal keuangan semasa nyantri di Krapyak sekitar empat hingga lima dekade yang lalu. “Bahkan, tidak hanya uang yang saya catat. Saya juga membiasakan diri untuk menuliskan jumlah beras yang saya bawa dari rumah,” kenangnya.

Kiai Asyhari juga menyebutkan alasan utamanya melakukan pencatatan tersebut, “Saya bisa tahu kemana saja habisnya uang saya. Semua bisa terlacak. Misalnya, kemarin lusa saya mentraktir kopi untuk teman, saya tuliskan. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi murni untuk ditinjau-ulang saat akhir bulan.” 

Semenetara itu, aktivis LKKNU DIY yang menjadi pembicara Alissa Wahid mengajak para peserta melakukan ‘financial check-up’ sebagai jalan untuk memahami prinsip-prinsip keuangan keluarga. 

“Jika selama ini kita selalu mengaitkan istilah check-up dengan dunia medis misalnya, maka saatnya sekarang kita menghubungkan istilah tersebut dengan kondisi keuangan keluarga kita. Apakah kondisi keuangan keluarga kita sudah sehat atau belum?”

Alissa juga menyinggung bahwa, “Sebagai orangtua, kita tentu ingin agar anak-anak kita memiliki atau menempuh pendidikan yang baik. Sementara kita semua juga tahu jika biaya pendidikan kian hari cenderung kian memberatkan kalangan tertentu. Jangan sampai cita-cita anak terkungkung oleh kondisi keuangan keluarga atau orangtuanya.” 

Selanjutnya, setelah melakukan check-up keuangan, para peserta mendapatkan penjelasan terkait dengan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menyehatkan kondisi keuangan yang masih sakit, dan mempertahankan financial healthness yang sudah berjalan baik. Selama ini, dalam upaya meningkatkan tingkat kesejahteraannya, masyarakat secara umum akan menempuh langkah penambahan pendapatan dalam bentuk membuat usaha. Namun, dalam workshop ini, para narasumber menawarkan sudut pandang lain.

Beberapa tawaran yang disampaikan narasumber di antaranya adalah investasi dalam bentuk emas maupun reksadana. Sebelumnya, Alissa sempat menyampaikan keraguan panitia untuk menyelenggarakan acara sehubungan dengan kejelasan hukum syar’i dari investasi reksadana. 

“Saya sudah menghubungi teman-teman di PBNU untuk melacak catatan hasil bahtsul masail terhadap persoalan ini, tapi tak kunjung ketemu. Jujur, beberapa hari lalu kami sempat berniat menunda acara. Namun, berkat suntikan semangat dari KH Hasan Abdullah, Wakil Katib Suriah PWNU DIY, kami tetap melangsungkan acara ini,” ujar Alissa.

Menurut Alissa, Kiai Hasan menganjurkan bahwa ada baiknya jika panitia tetap melaksanakan acara dan tak lupa mengundang utusan bahtsul masail DIY, lalu menjelaskan dulu duduk persoalan yang dihadapi, baru kemudian meminta tim bahtsul masail untuk menyampaikan hukumnya.

Redaktur     : Hamzah Sahal
Kontributor : Muhammad Yusuf Anas


Terkait