Masjid Tuha Indrapuri Aceh: Saksi Bisu Peradaban, Berdiri Kokoh Sejak Abad 17
Kamis, 21 Maret 2024 | 14:45 WIB
Bangunan masjid Tuha Indra Puri yang berdiri kokoh di atas fondasi bangunan candi Hindu-Buddha peninggalan Kerajaan Lamuri yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-12 Masehi, Kamis 21 Maret 2024. (Foto: NU Online/Wahyu Majiah)
Banda Aceh, NU Online
Menyusuri jejak Islam di Aceh, tak lengkap rasanya tanpa mengunjungi Masjid Tuha Indrapuri. Masjid bersejarah ini berdiri tegak di Desa Pasar Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 24 kilometer ke arah utara Kota Banda Aceh.
Keunikan Masjid Tuha Indrapuri terletak pada sejarah panjang yang tak lekang oleh waktu. Masjid Tuha Indrapuri yang diperkirakan dibangun pada awal abad ke-17 Masehi menjadi bukti perpaduan budaya dan agama di Aceh.
Berbeda dengan masjid pada umumnya, bangunan Masjid Tuha Indrapuri menyimpan kisah masa lalu yang tak biasa. Konon, masjid ini dibangun di atas bekas bangunan candi Hindu-Buddha peninggalan Kerajaan Lamuri yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-12 Masehi. Hal ini terlihat dari bentuk atap masjid yang bertingkat-tingkat, menyerupai gaya arsitektur Hindu.
Transformasi fungsi bangunan menjadi masjid menandakan proses masuknya Islam secara damai di Aceh, yang dikenal dengan tradisi peureumeun atau pemindahan tempat ibadah tanpa konflik. Bangunan Masjid yang kokoh tersebut berdiri di atas fondasi lantai tingkatan ke lima yang merupakan puncak dari bangunan tersebut.
Dahulu, masjid ini beratapkan daun rumbia, seiring waktu berjalan warga mengubahnya dengan seng namun tetap menjaga struktur bangunan awal. Kini bangunan tersebut juga sudah berlantaikan keramik putih bersih.
Menurut sejarahnya, Masjid Tuha Indrapuri dibangun pada masa pemerintah Sultan Iskandar Muda pada 1607-1636 Masehi di atas bangunan pra-Islam.
Tak hanya sebagai tempat ibadah, Masjid Tuha Indrapuri juga menjadi saksi bisu peristiwa penting dalam sejarah Aceh. Masjid ini pernah digunakan sebagai tempat penobatan Sultan Muhammad Daud Syah pada tahun 1878 Masehi, yang merupakan Sultan Aceh terakhir.
Selain nilai sejarah dan religi, Masjid Tuha Indrapuri juga memiliki daya tarik tersendiri dari segi wisata religi. Keunikan arsitektur dan nilai sejarah yang dimilikinya menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang ingin belajar tentang peradaban Islam di Aceh.
Saat ini, Masjid Tuha Indrapuri tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Masjid ini terus dirawat dan dijaga kelestariannya sebagai warisan sejarah yang tak ternilai harganya.
Marbot Masjid Tuha Indra Puri, Saifuddin Sarong (62) mengatakan masjid tersebut masih menjadi tujuan utama masyarakat untuk beribadah. Saban hari tempat tersebut dijadikan tempat sholat berjamaah dan juga pengajian masyarakat sekitar.
"Hari-hari bisa masih dipakai, tapi kadang juga jadi tempat wisata religius dan tempat penelitian sejarahwan," kata Saifuddin saat ditemui di Masjid Tuha Indrapuri, Kamis (21/3/2024).
Ia menjelaskan, saat bulan Ramadan tiba seperti saat ini masjid tersebut juga digunakan untuk melaksanakan sholat Tarawih, tempat buka puasa bersama. Bahkan selama bulan Ramadan pihaknya juga menerima kunjungan safari dari berbagai pesantren yang ada di wilayah Aceh Besar dan luar daerah.
"Kita juga dapat pengunjung tim tabligh pengajian luar gampong, bahkan juga ada jamaah dari Malaysia yang melaksanakan shalat fardhu," tutupnya.