Mengenang Almarhum Mama Qusyaeri Cirebon dan Nasihat-nasihatnya
Selasa, 6 April 2021 | 13:00 WIB
Cirebon, NU Online
KH Qusyaeri atau Mama Qusyaeri, lahir dari keluarga sederhana pada tanggal 29 Oktober 1936 M di Desa Kepompongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Mama Qusyaeri terlahir dari pasangan Nyai Hj Habibah dan Bapak Kastari. Ayahnya bekerja sebagai petani biasa sekaligus guru ngaji kampung, sedangkan ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga.
Selama mondok di beberapa pesantren termasuk salah satunya di Pondok Pesantren Al-Ikhash Kanggraksan, ia mendapatkan kepercayaan yang begitu besar dari kiainya. Bahkan kepercayaan yang dimilikinya akhirnya mengantarkannya menjadi menantu KH Abdul Shomad (Mama Makdum). Status perkawinannya dengan Putri Mama Makdum yaitu Nyai Hj Maemanah ini mengangkatnya sebagai calon penerus kepemimpinan pesantren. Maka setelah Mama Makdum wafat, KH Qusyaeri diangkat sebagai pengasuh pesantren menggantikan Almarhum Mama Makdum.
Sosok Mama Qusyaeri ini adalah figur kiai atau dai yang sederhana dan kharismatik. Selain sebagai pembaharu dan sekaligus pendakwah, fatwa-fatwa yang dikemukakannya selalu didengar baik oleh santri ataupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu KH Qusyaeri bisa dikatakan kiai yang memiliki karismatik setelah KH Makdum mertuanya.
Pondok Pesantren Al-Ikhlash yang ditinggalkannya, terletak di Kanggrakan Gang Curug RT/RW 03/11 Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Pesantren ini terletak kurang lebih lima menit dari Kampus Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon. Saat ini Pesantren Al-Ikhlash Kanggraksan diasuh oleh putranya, Ustadz Haris Usman Hakim. Para santri saat ini merupakan mahasiswa dan mahasiswi.
Ustadz Haris Usman Hakim saat peringatan Haul ke-11 Almaghfurlah KH Qusyaeri, Sabtu 3 April 2021, menjelaskan karakter dari sosok KH Qusyaeri sebagai berikut
1. Bijak dalam bertindak
Segala masalah yang dihadapi baik berkaitan dengan pesantren maupun masyarakat, dalam mengambil keputusan Mama Qusyaeri selalu bersikap bijak. Artinya, ia tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, namun melalui pertimbangan yang matang agar dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Dalam hal ini, sikap bijak bisa dijadikan panutan bagi santri-santrinya terutama pengurusnya.
2. Tegas dalam berpikir
Perkataan Mama Qusyaeri dalam berdakwah baik dalam hal tausiyah terhadap santri maupun masyarakat bersifat tegas dan jelas, sehingga bisa diterima dengan mudah. Artinya, alur pikirannya itu tepat mengenai pokok pembahasan pembicaraan, dan ucapannya tersebut tidak hanya di mulut saja melainkan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Selalu mengarahkan santri-santrinya untuk pintar
Setiap kegiatan pengajian KH Qusyaeri selalu memberi motivasi agar selalu rajin belajar dan pintar, sehingga bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Karena dengan ilmu yang bermanfaat diharapkan para santri mampu mengamalkan ilmunya kepada masyarakat di daerah masing masing, sepulang dari mesantren. Kalaupun tidak demikian, maka ilmu tersebut cukup untuk diri sendiri sebagai benteng fondasi hidup.
4. Memberikan nasihatnya bersifat paternalistik
Dalam memberikan fatwa dan nasihat kepada para santrinya bersifat paternalistik, yakni selayaknya memberikan nasihat bapak kepada anaknya. Dengan begitu, tidak ada kecanggungan di antara Mama Qusyaeri degan para santrinya.
Artinya, santri tidak hanya dianggap sebagai murid, tetapi juga seperti anak kandung sendiri. Dengan adanya perlakuan ini, para santri tidak lagi merasa sungkan atau malu untuk meminta nasihat atas masalah yang dihadapi santri.
Kontributor: Adrian Fauzi Rahman
Editor: Kendi Setiawan